For Matrimonial Purposes: Manifestasi Keresahan Atas Stigma ‘Perawan Tua’

Goodreads

Penulis:        Juni Gemini
Editor:          Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - "Nenekku menikah dua hari sebelum ulang tahunnya yang kesepuluh. Ibuku mendapatkan suami ketika dia berumur dua puluh. Karena itu, kupikir jika setiap generasi naik satu dekade untuk memasuki usia yang pantas untuk menikah, maka aku akan menjadi istri pada umur tiga puluh." --Anju, For Matrimonial Purposes.

Perawan tua, julukan ini kerap disematkan pada perempuan berusia matang yang belum menikah. Tidak peduli seberapa hebat dan penting pencapaian yang telah ia raih, ketika belum berhasil mendapatkan jodoh, maka semua pencapaian tersebut seolah tidak berarti di mata orang-orang yang menjadikan pernikahan sebagai tolok ukur kesempurnaan pencapaian.

Stigma negatif terhadap perempuan yang terlambat menemukan jodoh seolah telah mengakar di masyarakat. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan dunia. Tanpa disadari, hal tersebut membuat banyak perempuan merasa takut terlambat menikah yang kemudian mendorong mereka untuk menikah di usia muda.

Keresahan atas stigma sosial ini dituangkan Kavita Daswani dalam novel berjudul For Matrimonial Purposes. Semenjak pertama kali terbit, novel ini menyita simpati masyarakat hingga akhirnya diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Versi bahasa Indonesia terbit pertama kali pada tahun 2004 melalui penerbit Gramedia Pustaka Utama dan mendapat respons positif.

Kavita Daswani merupakan perempuan kelahiran Bombai pada tahun 1971, dibesarkan di Hongkong, dan kini menetap di Los Angeles. Selain koresponden mode untuk CNN, CNBC Asia, dan Women’s Wear Daily, perempuan berdarah India-Amerika ini juga pernah menjabat sebagai redaktur mode untuk koran South China Morning Post di Hongkong. Tulisannya dimuat di berbagai media nasional dan internasional, di antaranya The Washington Post, The Guardian, Vogue India, Harper’s Bazaar India, The Hollywood Reporter, Los Angeles Times, The New York Times, dan International Herald Tribune.

Kavita Daswani dikenal karena mengusung tokoh perempuan penentang praktik dan pola pikir tradisional pada setiap novelnya. Wajar saja jika setiap karyanya mendapat berbagai kritik dari berbagai kalangan. For Matrimonial Purposes sendiri bercerita tentang Anju, seorang perempuan India berusia 33 tahun yang tinggal untuk bekerja di New York. Selama tujuh tahun berada di tengah masyarakat heterogen serta memiliki kehidupan yang menyenangkan, membuat Anju tidak terlalu memikirkan perihal jodoh dan pernikahan. Ia benar-benar menikmati tiap proses yang mengantarkannya pada puncak karier.

Suatu ketika, Anju pulang ke Bombai untuk menghadiri pernikahan saudara sepupunya. Alih-alih mendapat pertanyaan seputar pekerjaan dan kehidupannya di New York, Anju justru menjadi sasaran nasihat, simpati, serta ucapan keprihatinan lantaran sudah beberapa kali "dilangkahi" oleh saudara sepupu yang usianya jauh lebih muda.

Keresahan orang tua dan kerabat atas status lajangnya, mengantarkan Anju pada serangkaian aktivitas dan ritual yang harus ia jalani demi kelancaran jodoh. Mulai dari perawatan tubuh menggunakan bahan tradisional warisan leluhur, menemui orang suci dan tempat keramat untuk meminta keberkahan, mematuhi saran dan nasihat para pakar astrologi, mendaftarkan diri pada sejumlah biro jodoh, serta menghadiri pertemuan antar keluarga setiap kali makcomblang berhasil menemukan laki-laki sesuai kriteria yang telah ditentukan.

Bakti seorang anak digambarkan dengan kepatuhan Anju dalam menjalani aktivitas tersebut, meskipun ia sendiri merasa sebagian hal-hal itu sebenarnya tidak begitu diperlukan. Sementara kasih sayang orang tua, tergambarkan dengan peran aktif Gul dan Leela dalam upaya mencarikan jodoh untuk Anju.

Jika kamu mengira novel ini berkisah tentang perjodohan dengan alur mula benci jadi rindu, atau diskriminatif verbal yang membuat tokoh utama mengalami tekanan mental, kamu salah besar! For Matrimonial Purposes tidak bercerita mengenai proses pencarian jodoh secara cengeng dan menyedihkan. Sebaliknya, penulis mengulik konflik batin tokoh utama dengan jenaka.

Nuansa India yang begitu kental, membuat saya sedikit-banyak mendapat pengetahuan mengenai budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Tidak melulu tentang keindahan dan gemerlap pesta pernikahan ala Bollywood, penulis juga memaparkan dengan jujur sisi negatif Kota Bombai. Teknik bertutur penulis membuat saya seakan-akan turut hadir di tempat-tempat yang dikunjungi si tokoh, saya juga dapat melihat apa yang dilihat si tokoh.

Kavita Daswani menyatukan berbagai unsur kehidupan dan tatanan sosial dalam For Matrimonial Purposes. Keresahan, harapan, kekeluargaan, adat istiadat serta budaya berbaur secara proposional, membentuk alur cerita yang santai tapi tidak membosankan. Adanya pemaparan-pemaparan yang menimbulkan kesan humoris, membuat novel ini terasa lebih segar. Percayalah, sekali membaca, rasanya tak ingin berhenti sebelum usai.

For Matrimonial Purposes cocok menjadi bahan bacaan bagi semua kalangan. Dimensinya yang hanya berukuran 11x18 sentimeter, pun memberikan banyak keuntungan: tidak menyita banyak ruang, cocok dijadikan sebagai teman perjalanan, nyaman dipagang untuk dibaca sembari rebahan atau aktivitas ringan lainnya.

Sebagai pencinta bacaan thriller dan misteri dengan konflik berat serta alur yang menegangkan, For Matrimonial Purposes menjadi semacam "penyegar" tersendiri bagi saya. Minimnya konflik yang mungkin akan dianggap sebagai kekurangan dari novel ini bagi orang lain, justru bukan masalah besar bagi saya. Lagi pula, kekurangan tersebut tertutupi dengan adanya narasi-narasi humor yang mampu membuat tersenyum bahkan tertawa ringan tanpa sadar.

Selama membaca novel ini, saya tidak menemukan kata maupun kalimat yang membuat dahi berkerut untuk mencernanya, karena gaya bahasa yang digunakan sangat ringan dan mudah dipahami. Dalam hal ini, saya mengapresiasi kinerja Utti Setiawati sebagai penerjemah. Selain itu, keterangan mengenai bahasa asing tersaji di bagian bawah halaman.

Di era modern saat ini, cara pandang masyarakat perihal jodoh dan pernikahan sudah sedikit bergeser, khususnya di wilayah Asia Selatan yang menginspirasi Kavita Daswani dalam menulis novel ini. Budaya menikahkan anak di bawah umur yang lazim dilakukan di India, perlahan mulai ditinggalkan. Tradisi watta satta, yakni perjodohan yang melibatkan pasangan antar keluarga yang umum terjadi di Pakistan dan Afghanistan, juga mulai terpatahkan.

Saya tidak mengatakan perubahan-perubahan tersebut mutlak sebagai efek dari For Matrimonial Purposes. Namun setidaknya, saya mengetahui bahwa Kavita Daswani telah menyumbangkan buah pemikirannya bagi perubahan peradaban.

Juni Gemini

Gemini sejati yang tidak mencintai kopi.