Belajar Toleransi dari Puisi Ibnu Arabi
![]() |
Nu Cilacap |
Penulis: Galih Agus Santoso
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - Apa yang kamu rasakan ketika mendengar berita tentang konflik antar suku, negara, agama, dan lain sebagainya? Pastinya sedih banget kan? Mulai dari pelarangan pembangunan tempat ibadah, diskirminasi terhadap minoritas, hingga pembunuhan. Konflik tersebut bahkan dapat memicu genosida dan perang yang sangat mengerikan loh..
Sebenarnya perbedaan bukanlah alasan untuk saling membenci dan menyakiti. Sama sekali bukan. Terus darimana sih kebencian itu berasal?
Jawaban singkatnya kebencian itu muncul karena sekelompok manusia tidak saling mengenal dan saling mengerti. Dimana prasangka buruk telah mendahului hati nurani yang mereka miliki. Belum lagi doktrin menyesatkan yang semakin memperburuk keadaan.
Pada dasarnya manusia bisa hidup bersama-sama meskipun berbeda, kuncinya hanyalah satu yaitu toleransi. Buktinya dalam sejarah kita, ada dinasti Syailendra (bercorak Budha) dan Sanjaya (bercorak Hindu) yang hidup berdampingan dan memakmurkan pulau Jawa bersama-sama. Kemudian di Madinah semasa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, masyarakat Muslim, Nasrani, dan Yahudi juag hidup dalam kedamaian dan saling menghormati.
Belajar Toleransi dari Puisi Ibnu Al-Arabi
Ibnu Al-Arabi merupakan tokoh sufi yang sangat berpengaruh. Beliau mendapatkan gelar Al-Muhyiddin dari kalangan para sufi yang memiliki arti “Penghidup Agama”. Dan setelah wafat ia mendapatkan julukan sebagai Syeikh Al-Akbar atau di dunia Barat dikenal sebagai Doctor Maximus (Guru Terbesar) atas karya-karya yang ditulisnya.
Berikut adalah lirik puisi “Agama Cinta” karya Ibn Al-‘Arabi yang sarat akan pesan toleransi antar umat beragama :
“Hatiku kini adalah wadah yang menghimpun segala rupa
Padang ilalang bagi rusa
Biara bagi pendeta
Kuil bagi arca
Ka’bah bagi peziarah
Lembar-lembar Taurat
Mushaf-mushaf Qur’an
Aku beragama dengan agama cinta
Ke manapun perahu berlayar
Cintalah agama dan imanku”
…
Kalimat-kalimat yang indah dalam puisi tersebut dapat kamu nikmati dalam bentuk lagu yang dinyanyikan oleh Sarah Farah dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Channel Youtube Sastra Arab (klik di sini untuk menonton videonya).
Al-Arabi lewat puisinya seolah mengajak kita untuk membuka hati dengan lapang dan penuh sukacita bahwa perbedaan itu mutlak adanya. Bahkan dalam ajaran islam dikatkan bahwa sebenarnya Tuhan mampu menghapus perbedaan, namun atas kehendak-Nya manusia diciptakan beragam. Entah itu agama, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Dalam literatur lain Tuhan juga berkata tujuan tersebut agar manusia saling mengenal satu sama lain. Lalu apa tujuan saling mengenal kalau bukan saling menghargai eksistensi dan berkolaborasi menciptakan peradaban?
Pentingnya Toleransi bagi Masa Depan Bangsa Indonesia
Bencana kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah maupun di belahan dunia lainnya sebagian besar disebabkan oleh politik praktis yang menggunakan sensitif isu SARA untuk menggaet massa. Mereka yang tidak bertanggung jawab terus menyebar kebencian terhadap suatu kelompok demi mendapat dukungan dari kelompok yang lebih besar / mayoritas.
Politik praktis juga kerap terjadi di Indonesia, namun hal ini lebih mengkhawatirkan karena Indonesia adalah negara multikultur, ada banyak agama, suku, bangsa, bahasa dan berbagai perbedaan di dalamnya. Sehingga diperlukan aksi yang nyata untuk menjaga toleransi di Indonesia agar negara kita yang tercinta ini terhindar dari berbagai konflik yang merugikan banyak orang.
Yuk kita terus kampanyekan toleransi melalui bidang apapun yang kita sukai! Misalkan kamu gemar menulis puisi, cerpen, artikel, atau apa saja, kamu dapat menyelipkan pesan-pesan toleransi di dalamnya. Atau misal kamu jago bermain musik, kamu dapat menulis lagu tentang indahnya kebersamaan walau dalam perbedaan. Memposting indahnya toleransi di akun sosmed kita juga sedikit banyak membawa pengaruh baik loh!
Ingat kata mbak Najwa Shihab, “Bergerak, bergerak, berdampak!”, saat ini hal sesederhana ketikan jempol di media sosial pun bisa menjadi pemantik munculnya kebakaran hebat, juga pemantik obor yang nantinya akan menyalakan kebaikan. Semuanya mungkin terjadi. Tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.
Semoga kita bisa mencontoh Ibnu Al-Arabi yang namanya harum lewat karya-karya yang bermanfaat bagi khalayak umum dan selalu menebarkan kedamaian..aamiin
Cangkeman.net - Apa yang kamu rasakan ketika mendengar berita tentang konflik antar suku, negara, agama, dan lain sebagainya? Pastinya sedih banget kan? Mulai dari pelarangan pembangunan tempat ibadah, diskirminasi terhadap minoritas, hingga pembunuhan. Konflik tersebut bahkan dapat memicu genosida dan perang yang sangat mengerikan loh..
Sebenarnya perbedaan bukanlah alasan untuk saling membenci dan menyakiti. Sama sekali bukan. Terus darimana sih kebencian itu berasal?
Jawaban singkatnya kebencian itu muncul karena sekelompok manusia tidak saling mengenal dan saling mengerti. Dimana prasangka buruk telah mendahului hati nurani yang mereka miliki. Belum lagi doktrin menyesatkan yang semakin memperburuk keadaan.
Pada dasarnya manusia bisa hidup bersama-sama meskipun berbeda, kuncinya hanyalah satu yaitu toleransi. Buktinya dalam sejarah kita, ada dinasti Syailendra (bercorak Budha) dan Sanjaya (bercorak Hindu) yang hidup berdampingan dan memakmurkan pulau Jawa bersama-sama. Kemudian di Madinah semasa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, masyarakat Muslim, Nasrani, dan Yahudi juag hidup dalam kedamaian dan saling menghormati.
Belajar Toleransi dari Puisi Ibnu Al-Arabi
Ibnu Al-Arabi merupakan tokoh sufi yang sangat berpengaruh. Beliau mendapatkan gelar Al-Muhyiddin dari kalangan para sufi yang memiliki arti “Penghidup Agama”. Dan setelah wafat ia mendapatkan julukan sebagai Syeikh Al-Akbar atau di dunia Barat dikenal sebagai Doctor Maximus (Guru Terbesar) atas karya-karya yang ditulisnya.
Berikut adalah lirik puisi “Agama Cinta” karya Ibn Al-‘Arabi yang sarat akan pesan toleransi antar umat beragama :
“Hatiku kini adalah wadah yang menghimpun segala rupa
Padang ilalang bagi rusa
Biara bagi pendeta
Kuil bagi arca
Ka’bah bagi peziarah
Lembar-lembar Taurat
Mushaf-mushaf Qur’an
Aku beragama dengan agama cinta
Ke manapun perahu berlayar
Cintalah agama dan imanku”
…
Kalimat-kalimat yang indah dalam puisi tersebut dapat kamu nikmati dalam bentuk lagu yang dinyanyikan oleh Sarah Farah dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Channel Youtube Sastra Arab (klik di sini untuk menonton videonya).
Al-Arabi lewat puisinya seolah mengajak kita untuk membuka hati dengan lapang dan penuh sukacita bahwa perbedaan itu mutlak adanya. Bahkan dalam ajaran islam dikatkan bahwa sebenarnya Tuhan mampu menghapus perbedaan, namun atas kehendak-Nya manusia diciptakan beragam. Entah itu agama, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Dalam literatur lain Tuhan juga berkata tujuan tersebut agar manusia saling mengenal satu sama lain. Lalu apa tujuan saling mengenal kalau bukan saling menghargai eksistensi dan berkolaborasi menciptakan peradaban?
Pentingnya Toleransi bagi Masa Depan Bangsa Indonesia
Bencana kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah maupun di belahan dunia lainnya sebagian besar disebabkan oleh politik praktis yang menggunakan sensitif isu SARA untuk menggaet massa. Mereka yang tidak bertanggung jawab terus menyebar kebencian terhadap suatu kelompok demi mendapat dukungan dari kelompok yang lebih besar / mayoritas.
Politik praktis juga kerap terjadi di Indonesia, namun hal ini lebih mengkhawatirkan karena Indonesia adalah negara multikultur, ada banyak agama, suku, bangsa, bahasa dan berbagai perbedaan di dalamnya. Sehingga diperlukan aksi yang nyata untuk menjaga toleransi di Indonesia agar negara kita yang tercinta ini terhindar dari berbagai konflik yang merugikan banyak orang.
Yuk kita terus kampanyekan toleransi melalui bidang apapun yang kita sukai! Misalkan kamu gemar menulis puisi, cerpen, artikel, atau apa saja, kamu dapat menyelipkan pesan-pesan toleransi di dalamnya. Atau misal kamu jago bermain musik, kamu dapat menulis lagu tentang indahnya kebersamaan walau dalam perbedaan. Memposting indahnya toleransi di akun sosmed kita juga sedikit banyak membawa pengaruh baik loh!
Ingat kata mbak Najwa Shihab, “Bergerak, bergerak, berdampak!”, saat ini hal sesederhana ketikan jempol di media sosial pun bisa menjadi pemantik munculnya kebakaran hebat, juga pemantik obor yang nantinya akan menyalakan kebaikan. Semuanya mungkin terjadi. Tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.
Semoga kita bisa mencontoh Ibnu Al-Arabi yang namanya harum lewat karya-karya yang bermanfaat bagi khalayak umum dan selalu menebarkan kedamaian..aamiin
Sampai jumpa di artikel berikutnya. Jangan lupa share tulisan ini jika menurutmu bermanfaat yaa..Cheers!

Posting Komentar