Kurir Paket dan Segala Dramanya (Part 2)
Penulis: Papang Ade
Editor: Thiara
Editor: Thiara
Ada saat di mana si kurir dicemooh oleh penerima, sebab paketnya yang penyok dan beranggapan kalau isi paket menjadi rusak. Padahal, si kurir sudah berusaha segenap hati menjaga paket dalam keadaan baik, sebab mereka juga membawa nama perusahaan yang besar.
Adakalanya, si kurir yang mengantar barang dengan cepat—membuat senyum riang bak mentari pagi bagi si penerima—yang sudah lama menunggu kedatangan paketnya selama berminggu-minggu, lalu hati si kurir terenyuh semerbak bunga mawar.
Berikut ini saya merangkum beberapa hal sepele yang jarang diketahui, padahal sangat berpengaruh bagi kurir.
Fitur COD
Memang benar, fitur cash on delivery itu sangat memudahkan, kita tinggal bayar ke kurir sewaktu barangnya sampai. Namun, bagaimana jika nominalnya dalam jumlah yang besar? Bagaimana jika jumlahnya susah dikonversi ke uang fisik, seperti Rp 27.941? Kalau begini, si kurir terpaksa harus membulatkan angkanya ke nilai terdekat biar enak.
Maka dari itu, gunakan saja fitur e-wallet seperti shopeepay, dana, dkk. Kamu tinggal transfer doang, apa susahnya? Ketika barang sampai, kita tinggal terima doang, tidak usah nyiapin duit. Si kurir juga tidak usah lagi bawa duit di tasnya. Gak kepikiran kah jika abang kurirnya kena jambret atau kena palak? Uang COD yang kamu bayar tadi hasilnya raib hingga si kurir yang berakhir kebingungan.
Memakai fitur pembayaran secara elektronik juga membuat kita gak disebut gaptek. Hal ini baik karena kita jadi menjadi manusia modern yang cerdas, lebih mengenal teknologi lebih dari sekedar buka sosmed saja.
Penghuni rumah tidak ada
Saya pribadi sering melihat abang kurir yang menghela napas panjang ketika sudah sampai tempat tujuan, tapi yang beli barangnya gak di rumah—bikin si kurir bingung. Terus, mau dikemanain paketnya? Ke tetangga? Tetangga bakal jengkel kalau kamu pakai COD tapi gak ada koordinasi dulu. Bisa jadi, ujungnya bang kurir yang harus narik duit sendiri, bayangin kalau jumlah COD-nya mencapai jutaan.
Berhubungan tidak bisa menerima paket secara langsung, harusnya mintalah amanah ke seseorang yang ada di rumah, atau tetangga jika memang mau. Kalau menggunakan COD, maka titipkanlah nominal yang sesuai kepada seseorang yang sudah diamanahkan.
Kita semua tahu lah ya, kalau kurir itu bawa banyak paket, bukan paket kita doang, kok. mereka harus seliweran dari timur ke barat, selatan ke utara, setelah itu balik lagi ke kantor cabang buat laporan dan setor duit COD. Belum lagi harus mampir dulu ke SPBU buat isi bensin kalau habis.
Intinya, jangan sampai mengulur waktu terlalu lama. Hal sepele seperti di atas berefek pada kinerja si kurir dalam kecepatan mengantar barang. Imbasnya si kurir gak bisa mencapai target.
Manajemen ulang untuk waktu yang disepelekan ini, bisa meningkatkan kualitas SDM tanah air. Hal yang terorganisir hingga kedisiplinan bisa membuat efek yang bagus untuk pribadi kita dalam jangka panjang.
Komplain barang penyok
Sering kali si kurir dibentak, dimaki layaknya PSK; karena barang pesanannya hancur atau lecet. Yang tadinya begitu sampai ingin langsung menyerahkan paket, terima duit, lanjut ke tujuan berikutnya; jadwal kurir jadi terjeda karena kejadian begini.
Tugas si kurir itu mengantar barang, ya, bukan customer service bagian paket yang hancur. Kita gak boleh nuduh si kurir karena melihat kondisi barang yang rusak. Bisa jadi penyebabnya karena benturan selama dibawa truk ekspedisi—di atas jalanan yang rusak—ditambah lagi kalau barangnya rawan benturan seperti gadget wkwkwkwk.
Tanggung jawab kurir yang sebenarnya itu mengantar paket sampai alamat penerima, jadi kalau protes ke kurir, si kurirnya yang bakalan bingung mau ngapain.
Mendingan diterima dulu dan biarkan si kurir melanjutkan jadwalnya yang padat. Jangan lupa rekam ketika barang di unboxing buat bukti kerusakan jika memang butuh retur ke seller.
Mencari alamat
Mengandalkan shareloc memang bagus, tapi terkadang tidak akurat dan membuat hp si kurir menjadi panas dan lemot akibat mengaktifkan GPS. Belum lagi, waktu cahaya siang hari membuat si kurir harus memaksimalkan tingkat kecerahan hp—biar keliatan, walhasil si kurir ngebut sambil lihat hp.
Si kurir biasanya menanyakan alamat dan ancer-ancer rumah untuk mempermudah, kalau kita memfoto bagian depan rumah kan lebih enak lagi. Setidaknya, baterai hp si kurir gak terkuras banyak akibat google maps.
Satu hal yang hampir ketinggalan, biar praktis kamu bisa siapkan satu foto rumah bagian depan di galeri ponsel masing-masing. Kalau kebetulan si kurir menghubungi ketika kita tidak di rumah, bisa tinggal kirimkan foto tersebut. Ini sangat membantu si kurir untuk menemukan rumah penerima.
Yang beli siapa, yang nerima paket siapa
Sebenarnya tidak wajib penerima asli yang harus menerima paket, mungkin aja sedang bekerja atau sibuk. Tapi kalau kamu beli barang yang aneh-aneh, semisal alat bantu seks, atau dakimakura (sarung guling dengan gambar anime perempuan telanjang yang berfungsi untuk dipeluk ketika tidur)—barang sampai rumah dan yang terima paket bukan kamu, apa gak malu? Kemungkinan parahnya, gimana kalau paketnya terlanjur dibuka sama seseorang yang isinya adalah salah satu dari dua di atas? Sungguh sangat memalukan.
Selain itu, kehadiran penerima asli membantu agar si kurir yakin dan tidak merasa cemas, kalau-kalau penerima paketnya ternyata salah—yang imbasnya penerima asli bakal nyalahin si kurir dan minta ganti rugi.
Inti dari pembahasan ini adalah bantu si kurir agar tetap terorganisir dengan jadwalnya yang padat. Si kurir pasti sudah merencanakan harus ke mana dulu untuk mengantar paket. Jangan mengulur-ulur waktu hanya karena paket penyok yang akhirnya bikin jadwal si kurir berantakan.Sebenarnya saya bukan seorang kurir, tapi saya memahami apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Ini hanya sebatas pemahaman saya tentang pekerjaan mereka. Jika ada yang salah mohon untuk mengor kamu, saya bersedia menerima seluruh feedback yang masuk.
Papang Ade
Warga sipil biasa yang suka menulis

Posting Komentar