Inilah Alasan Mengapa Penjual Nasi Goreng Berjualan di Malam Hari



Penulis:    Mala Ulfi Nadiroh
Editor:      Nurul Fatin Sazanah

Cangkeman.net - Kalau mendengar kata nasi goreng, bayangan orang umumnya langsung tertuju pada nama menu salah satu street food yang biasa dijual pada malam hari. Menjelang malam hari, para penjual nasi goreng mudah ditemukan tengah sibuk menata perlengkapan untuk berjualan di gerobak mereka masing-masing.

Sadarkah kamu bahwa nasi goreng merupakan salah satu hidangan yang biasa dimasak saat malam hari? Pada umumnya, masyarakat memang memasak nasi di waktu pagi atau siang hari, sehingga jika ada porsi yang tidak habis dan sudah lumayan lama, bisa digoreng supaya jauh lebih terasa enak dibandingkan dimakan biasa.

Pertanyaan menggelitik kemudian muncul dari pemikiran kritis sejumlah orang yang penasaran kenapa para penjual nasi goreng kebanyakan berjualan di malam hari. Toh, kalau secara logika, bukankah lebih menguntungkan jika mereka membuka bisnisnya di siang hari? Dengan begitu, pemasukan mereka akan berlipat ganda seiring durasi waktu berjualan yang lebih lama.

Lagi pula, bukan tak mungkin juga ada beberapa konsumen yang ingin menyantap nasi goreng di siang hari. Namun faktanya, mayoritas para penjual nasi goreng memilih mengais rezeki mereka hanya di malam hari. Usut punya usut, pilihan untuk berjualan di malam hari ini berdasarkan sejumlah alasan logis berikut ini, lho!

Paling nikmat disantap di malam hari

Saat petang hingga malam hari, banyak pedagang nasi goreng yang keliling mendorong gerobak menawarkan dagangannya. Pedagang nasi goreng ini banyak dijumpai di daerah Indonesia. Lantas, mengapa mereka berjualan selalu di malam hari? Memang jawaban itu masih kontradiktif dan belum ada sesuatu yang pasti.

Namun, beberapa jawaban sudah terkuak kenapa pedagang nasi goreng keliling berjualan pada malam hari. Ada yang mengatakan suasana malam hari yang gelap cenderung dingin membuat nasi goreng menjadi salah satu makanan yang paling cocok untuk dikonsumsi. Dan saya setuju akan hal ini karena saya adalah tipikal orang yang lapar pada malam hari, apalagi jika musim penghujan tiba, dan pastinya nasi goreng akan menjadi makanan alternatif saya di malam hari.

Mungkin alasan inilah yang membuat para pedagang nasi goreng akhirnya memilih untuk selalu berjualan pada malam hari saja. Selain itu, jumlah pedagang makanan pada malam hari yang cenderung lebih sedikit membuat para pedagang nasi goreng menjadikan alternatif supaya dagangan mereka cepat habis. Misalnya, pada malam hari biasanya hanya beberapa pedagang makanan yang selalu buka, selain nasi goreng ada juga penjual pecel lele yang menjadi pilihan makan malam. Sedangkan pada siang hari banyak pilihan makanan dari para pedagang yang menjualnya, seperti warung nasi, gado-gado, bakso, mie ayam, dan menu-menu makanan lainnya.

Budaya masyarakat Indonesia

Mayoritas para penjual nasi goreng di Indonesia yang berjualan pada waktu tertentu disebabkan karena kebiasaan orang Indonesia sendiri yang sudah berlangsung sejak lama. Jadi gini nih, kalau mengacu sama kebiasaan orang Jawa, dulu mereka hanya masak nasi di pagi hari. Karena zaman dulu memasak nasi membutuhkan upaya yang sangat berat dan rumit, seperti menyiapkan kayu bakar, menyiapkan api dan juga menyiapkan peralatan memasak yang tidak sederhana. Jadi, orang zaman dulu cenderung memasak hanya dalam sekali waktu, yaitu pada pagi hari saja—khususnya untuk memasak nasi yang langsung dilakukan dalam porsi besar agar bisa disantap sampai dengan malam hari.

Kebiasaan makan nasi goreng zaman dulu bisa dipastikan akan dilakukan pada malam hari. Sebab, nasi goreng akan lebih nikmat jika bahan dasarnya adalah nasi yang sudah didiamkan beberapa waktu, bukan nasi yang baru saja matang setelah dimasak. Belum lagi, ada kebiasaan orang zaman dahulu yang biasanya mengolah nasi goreng karena sudah kehabisan lauk-pauk. Jadi, olahan nasi goreng pada malam hari adalah alternatif ketika lauk-pauk yang sudah dimasak pada pagi hari habis.

Nah, penjual nasi goreng mengikuti juga kebiasaan tersebut. Bahkan kalau kamu datang ke daerah-daerah Jawa, kamu bakal nemuin tukang nasi goreng yang juga bisa menerima jasa ‘nggoreng nasi’. Jadi, kalau ada orang yang sudah punya nasi atau sudah masak nasi di rumah, ia hanya perlu membawanya ke penjual nasi goreng dan si abang penjual nasi gorengnya tinggal kasih bumbu sama tambahan topping saja.

Numpang tempat jualan

Sudah bukan rahasia lagi kalau kebanyakan penjual nasi goreng menggelar lapak dagangannya dengan gerobak yang diparkir di pelataran atau di depan toko yang telah tutup. Istilahnya, bisa dikatakan numpang tempat jualan.

Meski hanya berjualan via gerobak, para penjual ini tetap menjunjung tinggi etika dalam berbisnis, lho. Mereka nggak mau mengusik jam kegiatan usaha pemilik toko yang sebagian area depan bangunannya ditumpangi untuk berjualan. Bayangkan saja, kalau gerobak mereka nekat buka saat toko belum tutup. Pastinya lalu lalang orang yang datang dan pergi dari toko tersebut akan sedikit merasa terganggu.

Teknik marketing

Ini sebenarnya hanya teknik marketing saja. Di pagi hari, orang-orang akan sibuk mempersiapkan diri. Oleh karena itu, penjual nasi kuning dan tukang bubur berjalan di pagi hari karena instan dan tidak perlu menunggu lama-lama. Tidak seperti martabak dan nasi goreng yang harus menunggu terlebih dahulu. Tukang jus laku di siang hingga sore hari karena berada di pertengahan jam kerja. Para pekerja pun sudah lelah, oleh karena itu penjual jus lebih laku dan cepat habis di siang hari.

Ketika di malam hari, pekerja sudah pulang dan malam hari adalah waktu santai dan beristirahat. Sambil menunggu pesanan, mereka bisa menunggu, mengobrol, dan bersantai. Oleh karena itu, penjual nasi goreng, martabak, sate, dan lain-lain berjualan di malam hari. Karena memang banyak yang pulang kerja dan sudah lelah. Bahkan, mungkin juga tidak ada makanan di rumah dan pada akhirnya membeli nasi goreng yang sudah murah dan porsinya terbilang cukup atau luar biasa banyak. Tidak perlu repot-repot juga karena kebanyakan bisa langsung dibawa pulang. Bahkan, gerobak penjual nasi gorengnya ada pula yang keliling langsung melewati depan rumah.

Pada akhirnya, memang budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia tersebut lah yang membuat nasi goreng kebanyakan dijual pada saat petang menjelang malam hari, atau bahkan ada juga yang menjual menjelang subuh. Kita sebagai masyarakat Indonesia patut berbangga dengan keunikan kuliner yang bisa dibilang hanya ada di negara kita sendiri.

Kira-kira begitulah alasan kenapa mayoritas para penjual nasi goreng tidak buka di siang hari. Bukan karena tidak mau memenuhi tuntutan pasar atau meraih omzet yang lebih besar, tetapi banyak pertimbangan yang harus dipertimbangkan matang-matang. Apa pun alasannya, nasi goreng memang paling pas dinikmati di malam hari sambil melepas penat setelah seharian bekerja, kan?

 
Mala Ulfi Nadiroh

Sederhana dan apa adanya.