Transformasi Tebak-tebakan Jaman Kecil dan Sekarang

Update Banget

Penulis:        M. Fauzan Al Hafidz
Editor:          Thiara

Cangkeman.net - Dulu waktu kecil, kalian pasti pernah bermain tebak-tebakan. Entah bersama teman, saudara, sepupu, atau bahkan para sepuh seperti kakek dan nenek. Hiburan yang simpel ini cukup digemari karena hanya menggunakan kata-kata, gak perlu ribet pake alat macem gundu, congklak, atau bola bekel.

Penyampaian tebak-tebakan sederhana, hanya terdiri dari pertanyaan dan jawaban. Bahkan, ini lebih gampang ketimbang pantun yang harus berbait-bait dan serima. Tebak-tebakan itu seru karena memancing si penjawab agar kinerja otaknya cepat. Meskipun jawaban yang diberikan seringkali kurang tepat.

Wajar sih, tebak-tebakan berisi lebih dari sekadar pertanyaan biasa. Setelah si penjawab berkali-kali gagal menjawab hingga akhirnya nyerah, seringkali jawaban dari si penanya di luar akal sehat atau logika. Sebab tujuannya hanya untuk menghibur atau sebagai lelucon.

Tipe pertanyaan tebak-tebakan sangat beragam. Mulai dari singkatan, persamaan, perbedaan, bahasa asing, sebab-akibat, letak, filosofi, plesetan kata, sampai tebak-tebakan berantai. Contohnya aja kayak gini:

Apa yang dimaksud dengan selingkuh? Jawaban: Senang lingkungan kumuh.

Apa persamaan antara tukang siomay dan tukang pempek?
Jawaban: Sama-sama tidak jual sandal jepit.

Apa penyebab sakit malaria?
Jawaban: Kebanyakan tidur, sehingga tidak terasa digigit nyamuk malaria.

Namun, di era modern ini bermain tebak-tebakan mulai ditinggalkan dan dianggap gak lucu. Wajar aja, karena penikmat hiburan lebih milih nonton stand-up comedy atau meme yang diambil dari hal viral dan kehidupan sehari-hari, entah dalam format gambar atau video. Apalagi sejak Covid-19, sebagian besar orang-orang sudah jarang berinteraksi satu sama lain. Gak heran, bersenda gurau dengan kolega secara langsung agak sulit dilakukan.

Tapi di era modern ini, tebak-tebakan sepertinya sudah beralih fungsi. Bukan lucunya yang disenangi, melainkan keabsurdan antara pertanyaan dengan jawaban. Tetap bisa lucu, tapi tentu saja kita gak bisa mengandalkan tebak-tebakan sebagai salah bentuk penyampaian komedi. Namun, manfaatnya adalah kita menjadi lebih berpikir kreatif dengan mengukur keabsurdan antara pertanyaan dengan jawaban.

Seperti yang sudah penulis contohkan di paragraf sebelumnya, tebak-tebakan itu kayak appetizer (makanan pembuka) atau dessert (makanan penutup) ketika kita lagi ngobrol topik bebas bersama orang lain. Karena materinya gak terlalu berat, tebak-tebakan gak cocok dijadikan main course (hidangan utama).

Kini, tebak-tebakan juga bisa bertindak sebagai sindiran untuk pemerintah, kelompok tertentu, dll. Karena soal ini agak sensitif, penulis gak bisa kasih contoh deh. Jadi, kalian lihat di internet aja soal tebak-tebakan bertema sindiran itu seperti apa.

Tapi tebak-tebakan punya kekurangannya sendiri, yaitu berulang. Jika sudah banyak orang yang tau jawabannya, maka sudah gak seru lagi. Namun, jika targetnya adalah anak-anak, pasti lebih efektif karena mereka masih belum banyak tau. Tapi jangan tanya tebak-tebakan dengan tema sensitif ke mereka ya ….

Penulis yakin kalian pun bisa membuat tebak-tebakan sendiri yang belum ada di internet atau buku tebak-tebakan. Sudah banyak ratusan tebak-tebakan dari berbagai media yang polanya pasti kalian hafal.

Penulis percaya kok, tebak-tebakan gak akan tergerus zaman, hanya gayanya saja sedikit berbeda. Terakhir dari penulis:

Apa perbedaan penjaja makanan ringan dengan penyedia tulisan ringan?
Jawaban: Penjual makanan ringan itu namanya cangcimen, sedangkan penyedia tulisan ringan namanya cangkeman men!

M. Fauzan Al Hafidz

--