Kurir Paket dan Segala Dramanya

iMoney

Penulis:         Thiara
Editor:          Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Di jaman sekarang, siapa sih yang gak pernah menggunakan jasa pengantar barang? Dari bocil banyak gaya, remaja bucin sejati, koboi kampus, pengangguran, para dewasa beban orang tua, bahkan nenek-kakek dan jajaran buyut—pasti pernah menggunakan jasa kurir.

Dulu, istilah paket cuma tenar di kalangan orang-orang yang hidup di perantauan. Isi paketnya pun gak jauh dari pakaian hangat di musim hujan, ikan teri yang digoreng kering dan dimasukkin ke toples, hingga perbekalan lain yang sengaja dikirim orang-orang tercinta dari kampung halaman.

Tapi sekarang, eksistensi jasa ekspedisi dan jajaran kurirnya makin merambah di berbagai kalangan. Hal itu disebabkan salah satunya karena belanja dengan sistem online udah jadi bagian dari kebutuhan. Tinggal tap-tap produk di layar ponsel, bayar via virtual, oke; bayar di tempat, jadi; ngutang juga bisa! Tau-tau barang dianter sampe depan rumah. Simple, ya?

Di samping jasanya yang mulia, kurir punya ceritanya sendiri dalam perjalanan mengantar paket-paket pelanggan. Bahkan ditemukan beberapa akun media sosial yang khusus membagikan cerita pengalaman mereka selama bekerja.

Gak Kenal Cuaca
Dalam sehari, para kurir harus mengantarkan paket dengan jumlah yang pastinya gak sedikit, dong. Jadi, gak peduli tuh panas terik-hujan angin, para kurir tetap mengantar paket ke rumah-rumah penerima. Karena … memang itu tugasnya.

Jarak Tempuh dan Resiko Perjalanan
Jarak udah jadi resiko bagi mereka yang kerjanya di jalanan. Mungkin masih oke kalo rintangannya cuma jarak tempuh atau kemacetan jalan. Tapi kalo alamat penerima ada di perbukitan? Selain jauh, akses jalannya pun gak main-main.

Belum lagi, jalanan adalah tempat yang gak bisa selalu diprediksi. Kemaren-kemaren, sempet viral aksi pengantar paket yang menerobos sekumpulan orang tawuran demi memenuhi pekerjaan. Salut!

Kondisi Kendaraan
Kurir punya kewajiban buat rutin memeriksa kondisi kendaraan mereka sebelum bekerja, seperti persediaan bensin, memperhatikan berat muatan yang dibawa, sampai peralatan khusus kalo terjadi mogok di tengah jalan.

Yang jadi masalah, gak semua perusahaan mempedulikan keselamatan kurirnya. Terbukti dengan beberapa kasus di mana kecelakaan kerja justru sepenuhnya jadi kesalahan kurir. Bukannya dapet kompensasi, kurir malah disuruh tanggung jawab atas kerugian perusahaan. (Cobaan apa lagi ini, Gustii!)

Pelanggan Ogah Bayar
Yang satu ini kayanya udah hal yang biasa di kalangan kurir. Banyak pula video beredar di mana pelanggan enggan bayar barang COD-an, bahkan sampe nekat bersembunyi. Kejadian semacam ini lagi-lagi berimbas buat si kurir.

Meski bukan kesalahannya, pasti ada akibat yang harus ditanggung karena barang terpaksa di-retur atau harus penjadwalan ulang. (Ealahh ... cape-cape nganterin)

Pelanggan Gak Peka
Setiap rumah yang dikunjungi itu ibarat persinggahan buat mamang kurir. Tempatnya rehat dari terik matahari, berteduh dari hujan, dan istirahat dengan sekadar meregangkan badan. Kalo pelanggan lebih peka, segelas air minum bisa sangat berharga buat kurir-kurir ini. Namanya di jalan ye ‘kan, capek lah.

Tentu gak hanya profesi kurir yang banyak drama dalam kerjaannya. Tapi, dedikasi mereka terhadap pekerjaan patut diacungi jempol. Dengan gaji yang gak seberapa, para kurir yang berdiri di depan pintu ini terbukti jadi kebahagiaan tersendiri buat pelanggan yang nungguin. Iya, nggak?

Emang sih, saya yang sok tau ini gak pernah ngerasain jadi kurir paket. Tapi mungkin, alangkah lebih baik kalo mulai sekarang jasa mereka lebih dihargai lagi. Yaa … minimal tawarin kopi kek, semangkok bakso, suruh istirahat bentar, atau sekalian amparin kasur gitu, heuheuheu.

Thiara

Suka nulis tapi males baca. Ayok kenalan di Instagram @thiara.yhiara