Belut Goreng Sambel Bajak: Alternatif Lalapan Biar Nggak Pecel Lele Terus

IDN Times

Penulis:        Afiqul Adib
Editor:         Fatio Nurul Efendi

Cangkeman.net - Kemarin, saya berkunjung ke Mojokerto. Niat awal sih mau kondangan, eh malah berujung jalan-jalan sekalian kulineran. Takdir memang nggak bisa ditebak, xixixi.

Ketika mencari sarapan, awalnya saya berkeinginan untuk mencoba lalapan wader. Sebab, dulu saya pernah mencobanya dan sangat menikmatinya. Namun, ketika sampai di tempat makan, saya melihat menu belut goreng. Tanpa fafifu, saya mengubah keinginan awal saya dan berpaling untuk memilih belut. Yah, hati memang suka berbolak-balik.

Maklum, saya belum pernah mencoba kuliner satu ini. Dan seingat saya, beberapa teman juga pernah memberi review dengan rating yang cukup baik untuk makanan ini.

Fyi, saya makan di depan kolam Segaran, Trowulan, Mojokerto. Vibe-nya Mojokerto banget, sih. Cobalah.

Meski demikian, bukan rahasia umum kalau ada sebagian orang yang ragu untuk makan belut. Ada beberapa alasan, salah satunya adalah belut nampak kurang “menggemaskan” untuk dijadikan sebuah makanan. Ya, gimana, ia kan hidup di ladang, sawah, lumpur, gitu-gitu. Namun, saya sih bodo amat. Soalnya ketika disajikan dalam seporsi lalapan, saya tetap ketagihan.

Oh iya, belut itu halal kok guys, karena masih dikategorikan sebagai ikan. Jadi boleh saja dimakan, asalkan setelah makan kudu bayar.

Baiqlah, mari kita bahas soal rasa, serta sensasi makan belut goreng dengan sambal bajak.

Pertama, dari penyajian, belut ini nampak disajikan dengan kondisi sudah dipotong beberapa bagian, mungkin agar lebih merata saat proses penggorengan.

Kemudian, untuk rasa, saya kira hampir mirip dengan lele, hanya saja lebih kenyal. Iya, tekstur belut ini cukup kenyal, jadi kunyahlah dengan baik dan benar, jangan nggragas dengan langsung menelannya tanpa dikunyah.

Tingkat kenyalnya bukan seperti jelly, ya. Lebih ke perpaduan kenyal dan krispi. Selain itu, daging dari belut tidak terlalu terasa dominan. Jika lele masih terasa daging ikannya, belut lebih dominan pada sensasi kenyalnya. Ini bukan berarti belut tidak ada dagingnya, hanya saja tidak terlalu dominan. Itu saja.

Oh, iya, belut ini tidak terasa amis kok, tenang saja. Proses masaknya sudah melalui beberapa tahap sehingga rasa amisnya hilang. Gurihnya cukup kentara karena direndam dengan beberapa bumbu sebelum digoreng. Bagi yang suka lele, Saya jamin sih, kalian pasti suka juga dengan belut.

Selanjutnya, yang tak kalah enak adalah sambel bajak. Kolaborasi belut dan sambal bajak adalah tingkat kolaborasi makanan di level paripurna, setidaknya bagi saya.

Di beberapa tempat, sambal untuk belut memang cukup bervariasi. Ada yang menggunakan sambal ijo, sambal tomat, sambal bawang dan sebagainya. Tapi saya kira lebih cocok kalau dengan sambal bajak, karena selain pedasnya pas, sambal bajak ini punya sensasi rasa yang macam-macam, dan tentu saja cukup menyenangkan untuk dinikmati.

Bagi yang belum tahu, komposisi sambal bajak ini adalah, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, terasi, lengkuas, daun salam, gula merah, asam jawa, dan jeruk nipis. Dengan komposisi yang beragam tersebut, maka rasa dari sambal bajak lebih komplit, ada asin, asam, manis, gurih, dan tentu saja pedas.

Nah, coba bayangkan, perpaduan rasa tersebut tersebut saya kira cukup susah ditemukan dalam varian menu lalapan seperti pecel lele.

Untuk harga, jika dibandingkan dengan pecel lele, mungkin agak mahal sih, sekitar 20 ribuan. Selisihnya tidak banyak. Dan saya kira juga sebanding sih dengan sensasi yang didapatkan ketika makan. Apalagi bagi Anda yang belum pernah mencobanya.

Yah, belut goreng dan sambal bajak adalah alternatif lalapan yang sangat layak dicoba, karena dari rasa pun tidak mengecewakan, apalagi dinikmati selagi masih hangat dan bersama orang yang dicintahhh. Cobalah!


Afiqul Adib

Fresh graduate yang suka hidup hemat untuk foya-foya. Dapat ditemui di Instagram @aduib07