Menonton Konten Berkualitas Bikin Hidup Berkualitas? Yakin?

Ketut Subiyanto oh Pexels

Cangkeman.net - Sebelum ke inti cerita, coba cek dulu timeline di media sosial kamu, lihat siapa dan apa aja yang kamu ikuti, dari mulai media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube. Apakah kamu mengikuti akun-akun dengan konten yang berkualitas? Kalo iya, kenapa?

Sebagian orang mungkin dengan sengaja memenuhi akun media sosial mereka dengan konten berbau motivasi, strategi bisnis, selflove, kesehatan mental, ataupun tips diet. Tujuannya gak lain adalah untuk menyerap informasi yang ada dan menjadikannya panutan untuk diterapkan dalam kehidupan.

Namun, yang terjadi jauh berbeda dengan rencana dan apa yang sebelumnya terbayangkan. Okelah, untuk sekadar membentuk pola pikir baru yang lebih positif masih memungkinkan. Tapi untuk mengubah hidup sepenuhnya? Jelas nggak dong.

Manusia suka lupa kalo pola pikir bagus aja gak cukup buat menerapkan hidup berkualitas. Jangankan itu, nge-aminin doa aja gak cukup kalo gak ada usahanya. Jadi, udah mulai jelas ya, inti dongeng ini ke mana? Betul, jangan berharap lebih hanya dengan aktif melihat konten berkualitas bisa mengubah hidup kamu sama baiknya.

Kamu dibuat takjub dan manggut-manggut melihat motivator di media sosial, kamu termotivasi ingin seperti dirinya tapi yang kamu lakukan hanya terus scroll handphone sambil rebahan? Atau, kamu mungkin mendapat pencerahan nih, soal personal branding untuk berbisnis, tapi kamu masih aja berdiam dan menunggu waktu yang tepat untuk memulai? Lucu banget, hahahaha!

Sorry, mungkin agak sarkas, tapi memang begitu adanya. Media sosial saya sendiri dipenuhi dengan banyak informasi positif, tapi tiap hari saya masih rutin melakukan hal yang saya tau itu merugikan.

Sebenernya, memang media sosial terlalu cerdas merekayasa banyak hal atau manusianya sendiri yang terlalu bodoh? Karena apa yang terlihat di dunia internet mampu menutupi hal kasat mata dan membuat kita tertipu. Yang pada akhirnya, kita memutuskan menyerap semua hal secara mentah-mentah karena merasa apa yang dipertontonkan adalah hal baik dan jadi pengetahuan baru.

Padahal, dalam konteks apapun manusia gak pernah benar-benar sempurna dalam suatu hal. Di balik akun medsos yang membahas produktivitas hidup, bisa jadi ada admin yang sebagian besar harinya habis dengan bekerja. Di balik motivator kaya yang menginspirasi, bisa jadi tiap malamnya selalu dilanda kecemasan dan stress berat.

Kemungkinan parahnya, tujuan orang-orang bikin konten ternyata bukan untuk memperbaiki kualitas hidup pengikutnya, melainkan hanya untuk menaikkan insight. Yang mereka mau, orang-orang menonton konten mereka, memberi komentar, like, dan share ke temen-temen. Apakah pekerjaan yang mereka lakukan itu bermanfaat untuk warganet? Ya urusan belakangan. Sing penting traffic naik!

Pada akhirnya, bukannya membuat hidup kamu berkualitas dan produktif, konten-konten bijak ini justru mengubah kamu menjadi seorang zombie scrolling. Informasi bernilai tersebut gak lebih dari sampah ketika kamu terlalu asik dan terus dibuat penasaran tanpa adanya action.

Meskipun kamu rajin menerapkan konten positif yang kamu lihat, itu gak lebih dari mengubah 1% hidup kamu. Dulu, sebelum internet jadi sumber informasi, Bang Einstein tetep bisa kok jadi ilmuan pinter. Jadi, jangan beranggapan kalo hanya berbekal konten bisa mengubah hidup kamu jadi lebih baik. Gerak dong!


Thiara

Suka nulis tapi males baca. Ayok kenalan di Instagram @thiara.yhiara