Mempertanyakan Seberapa Penting Ucapan Selamat Ulang Tahun
![]() |
Foto oleh Polina Tankilevitch |
Penulis: Afiqul Adib
Editor: Nurul Fatin Sazanah
Cangkeman.net - Bulan November ini, saya akan mengalami momen peringatan ulang tahun. Iya, fase di mana orang umumnya akan berbahagia dan merayakannya meski dengan kecil-kecilan. Tapi, entah kenapa saya malah mempertanyakan alasan kenapa orang perlu merayakan ulang tahun?
Dulu, saya adalah seseorang yang sangat meyakini kesakralan hari ulang tahun. Ada masanya saya bahkan hafal dan mencatat hari ulang tahun teman saya. Sehingga ketika hari itu tiba, saya secara langsung mengirimkan ucapan kepada mereka.
Pun, di media sosial Facebook. Dulu, ada saat di mana mendapat ucapan selamat ulang tahun dari orang-orang di Facebook adalah hal yang menyenangkan. Ada kebanggaan seberapa banyak ucapan didapatkan. Saya bahkan merasa berharga hanya karena ada banyak yang mengingat kalau saya sedang ulang tahun.
Namun, seiring bertambahnya usia, saya merasa tidak ada hubungannya mengucapkan selamat ulang tahun dengan perhatian. Bagi saya, ada banyak love language dalam diri tiap-tiap orang. Karena itu, menyamaratakan ungkapan perhatian dari sebuah ucapan ulang tahun sungguh kurang bijak.
Semakin bertambah usia, semakin banyak pula orang yang saya temui. Dan tentu saja, ada orang-orang yang tidak peduli akan ucapan ini. Beberapa ada yang lupa hari ulang tahunnya. Beberapa lagi bahkan ada orang yang terganggu dengan ucapan tersebut karena notif di gawainya menjadi ramai, atau karena bingung mau bales apa. Ada juga golongan orang yang malas diucapkan karena merasa ujung-ujungnya akan ditagih untuk traktiran. Iya, di dunia ini memang ada begitu banyak manusia beserta sifat-sifatnya yang abstrak.
Saya bukan golongan yang terganggu, tapi lebih ke golongan yang merasa biasa saja dengan ucapan ulang tahun. Memang sih, ada rasa senang ketika diucapkan, tapi sekadar itu, tidak lebih. Ketika beberapa teman tidak mengucapkan, saya pun biasa saja. Tak sampai kecewa atau gimana-gimana.
Dalam taraf lebih ekstrem, saya berada di fase di mana mengucapkan selamat ulang tahun adalah kesia-siaan. Karena itu, saya bahkan sampai heran, kok ada orang yang merasa kalau mengucapkan selamat ulang tahun adalah kegiatan yang sangat penting dan menjadi sebuah keharusan. Bahkan bagi orang yang menjalin hubungan asmara, banyak yang melakukannya dengan effort yang amat besar. Misalnya, ada yang mengucapkan pada pukul 00.00 teng! Ada juga yang rela memberi surprise, sampai memberi “bumbu-bumbu” drama, beserta taburan gimik yang ada. Tentu hal ini bertujuan agar surprise tersebut terlihat berhasil secara paripurna. Sampai ada yang merasa kalau ucapan tersebut adalah tolok ukur sebuah romantisasi dalam menjalin hubungan asmara.
Disclaimer, saya bukan melarang ucapan ulang tahun, atau bahkan sampai menganggapnya haram. Saya hanya merasa kalau kegiatan tersebut penuh dengan kesia-siaan. Ya, gimana, ada banyak ketidaktulusan dalam ucapan tersebut. Hanya sebatas formalitas, atau bahkan ada rasa pamrih.
Iya, seperti halnya “budaya” di era kemajuan zaman lainnya, ada banyak manusia yang mengucapkan selamat ulang tahun karena memang pengin timbal baliknya saja. Entah agar diajak makan-makan, masih dianggap teman yang baik, atau sekadar ingin diucapkan juga ketika ia ulang tahun.
Apakah itu salah? Bagi saya pribadi, sedikit banyak tentu saja, iya. Namun, dalam tatanan sosial, hal ini agak diberi kewajaran. Ya, gimana, kegiatan rasan-rasan yang cukup meresahkan pun juga dianggap hal yang biasa, kok. Apalagi cuma pamrih.
Sekali lagi, saya tidak mengharamkan ucapan ulang tahun. Saya hanya mempertanyakan kemanfaatannya saja. Dan tentu saja, pada tulisan ini saya juga pengin memberikan sudut pandang bahwa ada lho manusia yang menganggap ucapan ulang tahun adalah hal yang biasa, karena itu jangan langsung berkesimpulan utuh dengan menganggap orang tersebut tidak punya kepedulian terhadap sesama. Sebab, cara orang menyampaikan kepedulian itu berbeda-beda. Oleh sebab itu, mari memberi kewajaran pada orang-orang yang tidak menganggap spesial ucapan ulang tahun. Yah, intine ojo gampang gumunan, lho.
Cangkeman.net - Bulan November ini, saya akan mengalami momen peringatan ulang tahun. Iya, fase di mana orang umumnya akan berbahagia dan merayakannya meski dengan kecil-kecilan. Tapi, entah kenapa saya malah mempertanyakan alasan kenapa orang perlu merayakan ulang tahun?
Dulu, saya adalah seseorang yang sangat meyakini kesakralan hari ulang tahun. Ada masanya saya bahkan hafal dan mencatat hari ulang tahun teman saya. Sehingga ketika hari itu tiba, saya secara langsung mengirimkan ucapan kepada mereka.
Pun, di media sosial Facebook. Dulu, ada saat di mana mendapat ucapan selamat ulang tahun dari orang-orang di Facebook adalah hal yang menyenangkan. Ada kebanggaan seberapa banyak ucapan didapatkan. Saya bahkan merasa berharga hanya karena ada banyak yang mengingat kalau saya sedang ulang tahun.
Namun, seiring bertambahnya usia, saya merasa tidak ada hubungannya mengucapkan selamat ulang tahun dengan perhatian. Bagi saya, ada banyak love language dalam diri tiap-tiap orang. Karena itu, menyamaratakan ungkapan perhatian dari sebuah ucapan ulang tahun sungguh kurang bijak.
Semakin bertambah usia, semakin banyak pula orang yang saya temui. Dan tentu saja, ada orang-orang yang tidak peduli akan ucapan ini. Beberapa ada yang lupa hari ulang tahunnya. Beberapa lagi bahkan ada orang yang terganggu dengan ucapan tersebut karena notif di gawainya menjadi ramai, atau karena bingung mau bales apa. Ada juga golongan orang yang malas diucapkan karena merasa ujung-ujungnya akan ditagih untuk traktiran. Iya, di dunia ini memang ada begitu banyak manusia beserta sifat-sifatnya yang abstrak.
Saya bukan golongan yang terganggu, tapi lebih ke golongan yang merasa biasa saja dengan ucapan ulang tahun. Memang sih, ada rasa senang ketika diucapkan, tapi sekadar itu, tidak lebih. Ketika beberapa teman tidak mengucapkan, saya pun biasa saja. Tak sampai kecewa atau gimana-gimana.
Dalam taraf lebih ekstrem, saya berada di fase di mana mengucapkan selamat ulang tahun adalah kesia-siaan. Karena itu, saya bahkan sampai heran, kok ada orang yang merasa kalau mengucapkan selamat ulang tahun adalah kegiatan yang sangat penting dan menjadi sebuah keharusan. Bahkan bagi orang yang menjalin hubungan asmara, banyak yang melakukannya dengan effort yang amat besar. Misalnya, ada yang mengucapkan pada pukul 00.00 teng! Ada juga yang rela memberi surprise, sampai memberi “bumbu-bumbu” drama, beserta taburan gimik yang ada. Tentu hal ini bertujuan agar surprise tersebut terlihat berhasil secara paripurna. Sampai ada yang merasa kalau ucapan tersebut adalah tolok ukur sebuah romantisasi dalam menjalin hubungan asmara.
Disclaimer, saya bukan melarang ucapan ulang tahun, atau bahkan sampai menganggapnya haram. Saya hanya merasa kalau kegiatan tersebut penuh dengan kesia-siaan. Ya, gimana, ada banyak ketidaktulusan dalam ucapan tersebut. Hanya sebatas formalitas, atau bahkan ada rasa pamrih.
Iya, seperti halnya “budaya” di era kemajuan zaman lainnya, ada banyak manusia yang mengucapkan selamat ulang tahun karena memang pengin timbal baliknya saja. Entah agar diajak makan-makan, masih dianggap teman yang baik, atau sekadar ingin diucapkan juga ketika ia ulang tahun.
Apakah itu salah? Bagi saya pribadi, sedikit banyak tentu saja, iya. Namun, dalam tatanan sosial, hal ini agak diberi kewajaran. Ya, gimana, kegiatan rasan-rasan yang cukup meresahkan pun juga dianggap hal yang biasa, kok. Apalagi cuma pamrih.
Sekali lagi, saya tidak mengharamkan ucapan ulang tahun. Saya hanya mempertanyakan kemanfaatannya saja. Dan tentu saja, pada tulisan ini saya juga pengin memberikan sudut pandang bahwa ada lho manusia yang menganggap ucapan ulang tahun adalah hal yang biasa, karena itu jangan langsung berkesimpulan utuh dengan menganggap orang tersebut tidak punya kepedulian terhadap sesama. Sebab, cara orang menyampaikan kepedulian itu berbeda-beda. Oleh sebab itu, mari memberi kewajaran pada orang-orang yang tidak menganggap spesial ucapan ulang tahun. Yah, intine ojo gampang gumunan, lho.

Posting Komentar