Kitab Pink Jason Ranti: Ketidakpastian yang Menyenangkan
![]() |
godreads.com |
Cangkeman.net - Dari beberapa buku yang pernah saya baca, sepertinya ini yang paling abstrak dan terkesan "berantakan". Tapi, justru itu yang membuat pengalaman membaca buku ini menjadi menarik. Oh, iya, visual buku ini juga cukup lucu. Mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan buku ini adalah "ketidakpastian yang menyenangkan".
Yah, sebuah buku yang menerapkan prinsip sedikit lebih beda, lebih baik, daripada sedikit lebih baik.
Di halaman belakang, dikatakan kalau buku ini mengungkap lebih jauh kehidupan Jeje, panggilan akrab Jason Ranti, dari sisi kreativitas hingga spiritualitasnya yang tidak mudah dimengerti.
Bagi yang belum tahu, Jason Ranti adalah seorang penyanyi serta penulis lagu yang dikenal dengan musik folk-nya. Pria yang akrab disapa Jeje ini, aktif berkarir di industri musik sejak tahun 2011. Kurang lebih begitu gambaran singkat tentang Jason Ranti. Jujur, saya juga baru mencari tahu siapa Jason Ranti setelah membaca buku ini.
Dari segi penulisan, buku ini lebih mirip catatan obrolan. Atau rangkuman podcast yang dibuat narasi dan dibumbuhi gambar-gambar atau ilustrasi lucu karya Jason Ranti di masa pandemi kemarin.
Karena seperti rangkuman obrolan, buku ini tidak terdiri dari bab yang rapi dan runtut. Pembahasannya juga seperti sifat dari obrolan, yakni mengalir, loncat-loncat, dan seperti yang saya katakan di atas, kesannya “berantakan”.
Meski demikian, isi dari buku ini cukup menyajikan sudut pandang yang menarik. Misalnya, ada kutipan begini, "Kayak orang kecenderungannya lebih sering jadi hakim untuk orang lain ketimbang jadi JPU (Jaksa Penuntut Umum) buat diri lo sendiri."
Cukup sederhana, tapi mencerminkan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini.
Ada juga sebuah cerita yang kurang lebih begini, di zaman Isa Al Masih, suatu hari ada cewek yang berzina dan harus dilempari batu. Kemudian isa Al Masih berkata, siapa dari kalian yang merasa paling tidak berdosa, silahkan lempar duluan batunya!
Saya langsung cengar-cengir ketika membaca cerita tersebut. Seperti tertampar. Ya, gimana, ketika ada seseorang yang melakukan tindak kejahatan, kita lebih sering untuk menghakimi begitu saja, padahal kita sendiri juga belum menjadi manusia yang bermoral seutuhnya.
Ada juga kutipan seperti ini, "Waktu terbaik untuk menciptakan lagu adalah sewaktu di atas motor, karena di perjalanan, ada angin, ngeliat awan, ngeliat orang, pikiran ke mana mana".
Sering nggak sih, ketika naik motor di jalan sendirian, pikiran kita ke mana-mana dan secara ujug-ujug, menemukan inspirasi begitu saja.
Bagi saya, bukan cuma lagu. Banyak inspirasi, entah tulisan, atau apa saja yang lahir di atas motor ketika sendirian. Saya sering mengalami hal tersebut, dan momen itu memang cukup nikmat.
Jika ditelisik, kalimat-kalimat yang ada di buku ini sangat sederhana, jujur, dan relevan dengan kehidupan hari ini. Sebenarnya masih ada banyak kutipan menarik, tapi tentu saja tidak bisa saya tulis semua, nanti. Bisa-bisa saya dimarahi penulisnya.
Buku ini juga cocok buat pecinta seni karena visualnya cukup banyak dan lucu-lucu.
Membaca buku ini juga mengingatkan saya pada pertanyaan, kenapa buku-buku orang dewasa tidak memiliki gambar yang banyak seperti buku anak-anak yang dulu sering kita baca ketika kecil di perpustakaan.
Iya, saya sering mempertanyakan hal tersebut ketika membaca buku-buku tebal yang sama sekali tidak ada gambar di dalamnya.
Yah, membaca buku ini seperti memadukan kegiatan membaca dan melihat pameran lukisan secara bersamaan.
Cocok bagi Anda yang tidak terlalu suka buku tebal. Apalagi, bagi Anda yang suka lukisan abstrak, membaca buku ini akan memberi kebaruan sudut pandang, serta kesenangan tersendiri jika dibaca secara perlahan.
Satu lagi, jangan beli buku bajakan!

Posting Komentar