Pariwisata Dibangun, Rakyatnya Melamun
![]() |
Cangkeman.net - Sangat mengapresiasi niat baik pemerintah untuk melakukan pembangunan di bidang pariwisata. Selain menambah daya tarik suatu daerah karena hamparan keindahan di dalamnya juga di balik itu dapat menambah pendapatan daerah. Dari hasil retribusi tentu saja itu dapat menaikkan pendapatan apabila banyak yang mengunjungi daerah tersebut. Ini menjadi sangat menarik, dengan begitu daerah lebih dikenal dan memancing minat yang lain untuk berkunjung.
Beberapa daerah memang memiliki potensi untuk pembangunan di bidang pariwisata. Tapi ada juga beberapa daerah yang tidak tepat bila berfokus di bidang pariwisata. Hal yang menyedihkan adalah ketika pemerintah memaksa cantik suatu daerah dengan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit tanpa mempertimbang manfaat dari pembangunan itu. Sementara masih ada hal lain yang lebih urgent untuk diperhatikan.
Sebagai contoh pembangunan Puncak Masalili di Kabupaten Muna yang memakan anggaran tidak sedikit, bahkan ada salah satu ide menarik dari para perintisnya yaitu membangun kolam renang di atas puncak. Benar bahwa itu sangat menarik. Tapi fakta menunjukan lain, sebuah tempat yang diiming-imingkan bisa menjadi tempat rekreasi, tempat melepas lelah dari banyaknya pekerjaan, tempat bersantai, tempat yang nantinya akan memiliki banyak pengunjung baik lokal maupun luar kota, ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Kamu tahu apa yang terjadi? Hanya tertarik pada pandangan pertama dan kemudian dilupakan.
Tidak salah ketika pemerintah fokus membangun di bidang pariwisata dengan memperhatikan potensi alam tiap-tiap daerah. Yang menjadi kekeliruan adalah ketika suatu daerah dipaksakan indah namun tidak memberi manfaat lebih sedangkan ada mereka anak jalanan yang terabaikan.
Dalam melakukan suatu pembangunan, seharusnya selalu mengedepankan manfaat, bukan hanya keindahan. Selain itu, juga mesti mempertimbangkan apa yang paling dibutuhkan di daerah itu. Untuk orang kaya mengenai pembangunan pariwisata barangkali itu menjadi keberuntungan untuk mereka. Tapi bagaimana dengan anak jalanan, para pengangguran. Apakah mereka butuh itu?
Anak jalanan butuh keahlian, keterampilan. Menurutku anggaran yang sebanyak itu, akan lebih baik digunakan untuk membangun pelatihan. Ajari mereka satu keterampilan, agar mereka bisa hidup, keterampilan yang mereka miliki bisa dimanfaatkan untuk membuka usaha sendiri. Sebagai contoh keterampilan menjahit, mencukur, keterampilan komputer, memperbaiki kendaraan, dan berbagai bidang lainnya. Itulah yang mereka perlukan.
Bukankah seharusnya yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah rakyatnya. Mengapa membiarkan rakyatmu menderita dan anggaran dihabiskan pada suatu pembangunan yang tidak menambah nilai kepada mereka yang begitu membutuhkan khususnya anak jalanan dan para pengangguran lainnya.
Apa karena kurangnya orang yang profesional di bidang keterampilan itu sehingga tak ada kebijakan untuk mendirikan pelatihan? Tapi kurasa itu tidak, ada banyak orang yang profesional. Tentu saja mereka siap mengajari anak jalanan dengan catatan mesti ada bayaran yang setimpal.
Lalu apa yang menutupi suara hati pemerintah sehingga mereka enggan untuk menyisihkan sebagian anggaran untuk pelatihan itu? Apa karena memang tidak terbayang di kepala mereka akan hal itu? Beri kami penjelasan!
Atau mungkin bila hadirnya pelatihan itu akan berdampak buruk pada orang-orang kaya terutama para pengusaha karena nanti mereka akan memiliki banyak saingan? Tapi itu tugas pemerintah untuk menjawabnya.
Jadi saya selalu iri pada daerah yang sudah memiliki program pelatihan keterampilan. Saya harus katakan bahwa pemimpinnya sangat cerdas. Mereka telah berhasil mengurangi angka pengangguran. Semoga lahir ribuan pemimpin berikutnya yang lebih mementingkan nilai daripada proyek. Mereka yang bisa membaca alam bukan mereka yang baca komik. Mereka yang menghadirkan solusi bukan malah menambah masalah dengan diciduk KPK.
Terakhir saya ingin mengingatkan satu hal, jangan pernah lupa dengan mereka anak jalanan. Untuk dapat hidup, harus berdiri di lampu merah, menyanyikan sebuah lagu dengan harapan kalian bisa terhibur dan bisa dengan ikhlas menyodorkan uang recehan untuk membeli sepotong roti. Walau tidak sedikit, mereka yang bermobil mewah, dari kejauhan sudah menutup rapat kaca mobil. Saya meyakini bahwa itu, pasti bukan mobil pemerintah.
Tapi tidak dengan mereka para ojol, mereka murah hati dan senang berbagi. Mereka amat peka terhadap apa yang dialami anak jalanan, rasa empati teramat dalam. Tak sungkan mengeluarkan uang. Demikianlah ketika orang pernah mengalami penderitaan maka akan sangat peka kepada orang yang ada di bawahnya.
Bila para ojol saja begitu empati lantas dimana empati pemerintah disembunyikan? Apa karena mereka terlalu sibuk dengan proyek besar sampai lupa dengan anak jalanan yang sangat membutuhkan tanda tangan dari mereka. Sebuah tanda tangan yang memberi arti kebijakan baru terkait dengan masa depan anak jalanan.

Posting Komentar