Jagat Besar, Jagat Kecil, dan Jagat Sedang
![]() |
Pixabay on Pexels |
Cangkeman.net - Anak-anak seusia saya atau yang sering orang sebut sebagai milenial mungkin akan menjadi orang-orang yang paling bingung dibandingkan generasi sebelumnya. Hidup dalam masa pergerakan teknologi yang menjadikan perkembangan informasi lebih mudah untuk hadir di depan kita, membuat kita banyak mempertanyakan tentang hal-hal yang sebelumnya jarang ditanyakan.
Maka seolah-seolah dalam pencarian jati diri, generasi milenial ini terkesan lama sekali untuk mencari jati diri. Mereka -atau kami- banyak sekali memperoleh informasi baru setiap saatnya yang kemudian akan membentuk diri kami yang baru pula setiap saatnya.
Terkadang terjadilah perbenturan-perbenturan informasi atau kebudayaan dalam diri hingga melahirkan pemahaman-pemahaman yang terkadang sangat bertolak belakang dengan pemahaman yang ada di masyarakat sekitarnya.
Dari hal-hal itu saya meramu di dalam kepala kenapa ini bisa terjai seperti ini, ini bisa terjadi seperti itu dan kadang ini bertolak belakang dengan itu, itu bertolak belakang dengan ini. Hal ini mungkin juga yang kerap menjadi pertanyaan banyak orang seusia saya yang saya yakin sebenarnya kita punya jawaban atau konsep model dunia masing-masing yang ada di kepala kita.
Ada salah satu pemahaman tentang model dunia yang dijabarkan oleh salah satu Filsuf masa kini dalam Channel Youtubenya yang bernama Damar Panuluh yang kurang lebih mirip dengan apa yang ada di kepala saya selama ini. Berikut saya tuliskan dengan pemahaman saya.
Pertama, saya menganggap bahwa dunia ini, semesta ini, atau dalam bahasa di Channel Youtube yang menjadi sumber referensi ini adalah Jagat Gedhe ini dibagi menjadi dua hal, yaitu finite dan infinite atau yang terbatas dan yang tidak terbatas.
Ciri-ciri suatu hal yang finite atau terbatas ini adalah segala sesuatu yang dapat dengan mudah ditangkap oleh indra kita. Misal bau, gambar, suara, dll. Nah sesuatu yang ditangkap oleh indra ini juga terbagi lagi menjadi dua, yaitu bawah sadar dan atas sadar.
Segala sesuatu yang ditangkap oleh indra dengan atas sadar adalah sesuatu yang emang ingin kita tangkap. Seperti kita mendengarkan musik, kita ngobrol sama orang. Di sana kita memang secara atas sadar kita, kita menyerap hal itu.
Sementara sesuatu yang ditangkap oleh indra dengan bawah sadar adalah hal yang tidak kita sengaja kita ingin menangkap itu, namun ternyata kindra kita menangkap itu. Misalkan kita sedang mengobrol dengan seseorang dan kita mendengarkan ia berbicara. Tanpa sadar kita mendengarkan yang lain seperti obrolan di kanan kiri kita, sura sepeda motor lewat atau apapun yang kita tidak fokuskan untuk kita tangkap.
Nah kedua hal itu baik yang kita serap melalui bawah sadar atau atas sadar semuanya masuk dalam memori kita atau kita sebut sebagai memory complex. Memory complex inilah yang sedikit banyak membentuk diri kita.
Sementara itu untuk dunia infinite atau dunia yang tak terbatas itu sifatnya tidak mudah ditangkap oleh indra. Hal-hal yang tidak mudah ditangkap oleh indra ini bukan berarti tidak dapat kita ketahui. Hal ini tetap bisa kita tangkap namun tidak semudah pada hal-hal yang sifatnya finite. Meski untuk sebagiab orang kadang hal-hal ini mudah ditangkap. Orang-orang tersebut memang yang secara DNA memang mampu melakukan itu. Misal para nabi, para rasul, dll.
Untuk menjembatani antara dunia infinite dan dunia finite ini, maka orang yang memiliki "Lotre DNA" yang bagus dan mampu menangkap hal yang infinite ini harus menjelaskan kepada manusia lainnya dengan perumpamaan-perumpamaan, dengan amsal yang tujuannya untuk membuat manusia lainnya "mengetahui" hal-hal yang ada di dunia infinite.
Amsal-amsal atau perumpamaan tersebut biasanya akan menjadi laku, menjadi doa, menjadi mantra, dll. Laku, doa, mantra dll itu semua adalah hanya amsal-amsal atau perumpamaan. Karena jika dijelaskan sangat gamblang juga akan sulit dimengerti bagi yang belum bersentuhan dengan dunia infinite. Contoh perkara larangan Tuhan untuk membunuh pada banyak kepercayaan dan agama. Jika kita hidup di masa ini mungkin larangan membunuh sudah masuk pada logika kita. Namun pada saat jaman yang lampau, membunuh mungkin hal yang biasa. Manusia seperti makhluk lainnya akan saling membunuh untuk kehidupan mereka pribadi. Larangan membunuh ini mungkin di awal kok ga nyambung dengan prinsip makhluk hidup yang harus menyingkirkan segala saingannya termasuk dengan membunuh.
Namun jika dilihat dalam jangka panjang, maka jika membunuh tidak dilarang maka setiap orang akan saling bunuh hingga akhirnya tidak ada yang tersisa atau yang tersisa sudah sangat lemah karena kehabisan energi untuk saling bunuh hingga akhirnya justru manusia akan punah.
Jika dibeberkan secara panjang kali lebar pada masa itu, belum tentu masuk dalam pemahaman orang-orang saat itu. Maka terciptalah kepercayaan atau agama yang menitikberatkan untuk percaya terlebih dahulu, baru menemukan maksud kenapa harus percaya. Karena yang disampaikan para orang yang memiliki DNA yang baik atau biasa kita sebut mungkin orang yang tercerahkan ini adalah amsal-amsal yang kita tau maksudnya ketika kita sudah menjalani.
Pengalaman-pengalaman yang ada pada dunia infinite tersebut juga semuanya akan membentuk memory complex yang kemudian antara memory complex pada dunia finite dan memory complex pada dunia infinite akan membentuk dunia kecil atau kesadaran diri.
Lalu ketika ada dunia besar atau jagat gedhe dan kemudian dunia besar itu membentuk dunia kecil atau kesadaran diri, lalu di mana letak dunia sedang?
Dari dunia finite ini akan menghasilkan narasi-narasi sains, akan menghasilkan kerangka sains. Sementara dalam dunia infinite ini akan menghasilkan pengetahuan spiritual, agama, kepercayaan, dll. Kerangka sains dan kerangka pengetahuan spiritual ini tumplek jadi satu dalam kehidupan bermasyarakat kita. Inilah yang dinamakan jagad sedang.
Di jagad sedang ini masyarakat secara kolektif membentuk suatu hukum atau peraturan bersama untuk memperlancar proses kehidupan bermasyarakat menggunakan pengetahuan sains dengan spirutual. Saya tidak bilang mana yang lebih baik dari keduanya. Menurut saya justru keduanya sama-sama baik untuk kehidupan jagad sedang tergantung proporsinya.
Jadi jagad sedang ini adalah kumpulan dari jagad kecil (yang terbentuk dari memory complex dunia infinite dan dunia finite) yang bergerak membentuk kecocokan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini membuat status jagat sedang menjadi begitu penting. Sistem yang dibuat pada jagat sedang akan mempengarahui kemampuan berpikir jagat kecil untuk memahami jagat besar. Meskipun jagat sedang sendiri terbentuk karena jagat kecil.
Jadi dengan banyaknya jagat kecil yang berkompeten, akan membentuk jagat sedang yang kompetan pula, akan membentuk sistem masyarakat yang kompeten. Jagat sedang yang baik akan looping pula menghasilkan jagat kecil yang baik. Dari jagat kecil yang baik ini kita semua dapat memahami jagat besar. Jadi antara jagat kecil dan sedang itu harus dirumuskan formulasinya agar menghasilkan pengetahuan yang baik tentang jagat besar.
Dari sekian pengetahuan di atas, saya jadi lebih memahami kenapa orang berpikir begini kenapa orang berpikir begitu dan akan menghasilkan apa pikiran itu. Sekarang tugasnya adalah bagaimana kita dapat mengelola banyaknya pikiran-pikiran dalam jagat kecil di setiap orang agar menghasilkan jagat sedang yang baik?

Posting Komentar