Jangan Jadikan Ribuan Sarjana yang Menganggur Sebagai Alasan Untuk Tidak Kuliah!
![]() |
Nathan Cowley on Pexels |
Cangkeman.net - Bagaimana anda melihat minat generasi di daerahmu terhadap pendidikan? Mungkinkah ada kesamaan antara apa yang terjadi di daerahku dengan di daerahmu? Benar ini sangat menyedihkan, Brother. Bagaimana tidak, adik-adik di daerahku saat ini tidak terlalu berminat. Saya ulangi "tidak terlalu berminat". Apa kamu tahu bahasa yang sering mereka ucapkan?
Bahasa yang sering mereka ucapkan adalah "Buat apa kuliah bila pada akhirnya juga akan menjadi pengangguran." Dengan menyebut beberapa orang yang sudah selesai kuliah tapi masih menganggur. Mudah bagi mereka menunjuk orang-orang tersebut karena memang banyak yang sudah wisuda langsung pulang kampung. Ada yang tidak tahan dengan kehidupan kota yang gerak sedikit mesti ngeluarin uang. Apalagi mereka belum memiliki pekerjaan apapun. Tinggal di kota dan tidak memiliki pekerjaan, itu adalah neraka dunia yang paling nyata.
Pilihan untuk pulang kampung selalu menjadi pilihan terbaik. Membantu orang tua berkebun, berdagang, sekaligus menunggu jodoh. Kebanyakan dari mereka adalah kaum hawa. Bukankah ini sangat menyedihkan. Lantas bagaimana dengan ilmu yang mereka pelajari di kampus? Apa mungkin teknik pembuatan kalimat dalam bahasa Indonesia bisa dipakai dalam mengolah sawah. Tentu saja tidak. Fakta yang terjadi cukup kuat untuk menjadikan generasi selanjutnya tidak ingin melanjutkan kuliah. Toh pada akhirnya juga menganggur.
Fakta itu juga telah menjadikan kampus dipandang sebelah mata. Ruang intelektual kini tidak lagi berarti di mata beberapa masyarakat. Tempat yang dahulu dikenal sebagai sebuah tempat untuk menjadikan anak bangsa memiliki kecerdasan dan kualitas diri yang baik kini telah bergeser menjadi sebuah tempat penciptaan para pengangguran.
Bahkan ada beberapa orang mengatakan bahwa kampus hanya sekadar lahan bisnis untuk menguras uang masyarakat. Bukankah itu sangat menyedihkan? Barangkali pertimbangan mereka karena melihat tarif UKT yang cukup tinggi sedangkan hasil yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi. Sementara uang yang mereka habiskan tidak sedikit, Brother.
Yang menjadi patokan masyarakat pada umumnya adalah pekerjaan. Pikiran mereka apabila anaknya kuliah maka anaknya nanti akan mendapatkan pekerjaan yang baik. Alhasil ketika melihat kenyataan ternyata jauh dari harapan.
Namun apabila dilihat dari salah satu tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia, seharusnya mereka menyadari bahwa kuliah bukan semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Tapi paling tidak, melalui pendidikan itu khususnya perkuliahan bisa mengubah pola pikir anak itu sendiri. Dari pola pikir yang tidak baik menjadi pola pikir yang baik, pola pikir orang miskin menjadi pola pikir orang kaya. Harusnya kan gitu. Heheh
Persoalan pekerjaan itu menjadi urusan terakhir. Bilapun nanti mereka mendapatkan pekerjaan yang sepadan dengan keilmuannya, itu tidak lebih dari sekedar rezeki anak itu sendiri. Tapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana mereka menjadi manusia yang benar-benar manusia. Bukan manusia tapi karakternya menyerupai binatang. Harapan terbesarnya adalah melalui jenjang perkuliahan mereka bisa menjadi manusia yang lebih beradab.
Bukankah sangat menyenangkan ketika pulang di kampung dan masyarakat bisa melihat perubahan pada dirimu? Pada awalnya memiliki karakter yang tidak baik kini menjadi manusia yang berkarakter baik. Moghormati yang lebih tua maupun yang lebih muda. Terlebih lagi mengenai perilaku terhadap orang tua sendiri. Ketika tingkat kebaktianmu kepada mereka meningkat maka itu akan menjadi salah satu bukti bahwa kamu benar-benar orang yang berpendidikan.
Lagi, sekali lagi saya katakan yang paling utama adalah bagaimana melalui perkuliahan itu pola pikir bisa berubah. Jadi anak-anak muda mesti memahami lebih jauh tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pemahaman akan tujuan inilah yang akan memberikan kesadaran bahwa betapa pentingnya pendidikan khususnya perkuliahan. Orang tua juga mesti memberikan dukungan, mengingatkan anaknya tentang pentingnya pendidikan sehingga mereka bisa termotivasi untuk melanjutkan pendidikan. Jalan terbaik untuk menjadi manusia yang beradab dan berilmu adalah melalui pendidikan. Itu juga akan membuat perbedaan paling menonjol antara orang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan.
Benar isyarat dalam Al-Quran bahwa sangat berbeda antara yang berilmu dan yang tidak berilmu. Segala hal yang pada awalnya terasa sulit akan berubah menjadi mudah bilamana memahami ilmunya. Gimana? betul nggak? Mengingat begitu pentingnya ilmu, mari saling memotivasi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Bila anda memiliki ilmu. Barangkali anda tidak akan lagi berpikir dimana saya harus bekerja? Tapi bagaimana menciptakan pekerjaan. Sebagai contoh anda memiliki keilmuan di bidang mesin kendaraan maka anda bisa membuka usaha perbengkelan.
Percayalah, karena ilmu, kamu akan lebih menikmati kebebasan.
Hazal
Anak sholeh kelahiran '96. Asal Kota Raha Kabupaten Muna. Bekerja di PT. OSS. Senang membaca dan menulis. Bila nanti tidak ada lagi tinta untuk menulis, biarkan aku menulis dengan darah di ujung jariku.
Facebook: https://web.facebook.com/pumuda.bijak

Posting Komentar