Berkenalan dengan Depresi Lewat Buku “The Loving Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Kita”

Kompas

Cangkeman.net - Depresi adalah hal wajar yang dialami oleh umat manusia, dan hal ini tidak ada hubungannya dengan keimanan. Iman adalah soal spiritual, sedangkan depresi adalah kejiwaan. Dua hal tersebut tentu sangat berbeda.

Depresi berbeda dengan kesedihan. Kesedihan punya sebab yang jelas dan baru saja terjadi, sedangkan depresi tidak demikian. Ia tidak sesederhana itu. Depresi memiliki sebab yang kurang jelas. Seseorang bisa depresi bahkan karena suatu hal yang terjadi 3 bulan, atau bahkan 3 tahun lalu.

Depresi memanglah demikian. Ia adalah suatu keadaan ketika kita tidak bisa mengendalikan pikiran, dan segala kepaitan yang pernah dialami mendadak muncul kembali setiap harinya.

Efek paling mengerikan dari depresi adalah bunuh diri. Menurut badan kesehatan dunia, terdapat 800.000 kematian akibat bunuh diri tiap tahunnya di seluruh dunia. Artinya tiap 40 detik ada satu orang meninggal akibat bunuh diri.

Di buku ini dijelaskan betapa beratnya hidup seseorang yang depresi secara berkelanjutan. Betapa mengerikannya hidup dengan penyesalan, rasa tidak berguna, dan perasaan negatif lainnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri.

Di buku ini juga dikatakan bahwa sebagaimana orang yang mengidap alergi debu atau asma. Orang depresi juga tak pernah menginginkan kondisi tersebut.

Regis Machdy, penulis buku ini yang juga seorang penyintas depresi, mengungkapkan bahwa ia sempat memiliki pikiran-pikiran untuk bunuh diri tiap hari. Dan itu merupakan fase yang cukup berat baginya.

Iya, depresi adalah situasi yang valid. Meski demikian urusan mental bukan hal yang bisa disimpulkan sendiri. Perlu bantuan profesional untuk memahami gejala yang dialami. Karena itu mbok ya jangan diikit-dikit menyimpulkan sedang mood swings, padahal emang sedang males aja.

Dari sana, dapat disimpulkan betapa pentingnya mengenal depresi. Karena itu, dalam buku ini dijelaskan secara komprehensif mengenai depresi dan alasan kenapa ia hadir dalam hidup kita.

Alasan depresi semakin masif di era modern
Manusia modern lebih rentan tidak bahagia. Tentu saja ini bukan tanpa sebab. Dikatakan bahwa abad 21 ini terlalu banyak informasi yang membanjiri otak manusia, mulai dari berita artis, kecelakaan, teroris, hingga bencana alam. Nah, otak kita ini tidak bisa menampung semua informasi yang terlalu banyak dan cepat ini.

Selain itu, generasi sekarang juga punya banyak kebutuhan yang tidak ada di zaman sebelumnya, seperti membeli berbagai perangkat elektronik yang cukup beragam, pergi liburan, belajar investasi, memenuhi konten media sosial, dan sebagainya. Generasi ini memang dituntut untuk semakin banyak tahu dan semakin sempurna.

Toxic masculinity juga menjadi tembok ketika lelaki mengalami depresi. Sehingga lelaki lebih rentan untuk bunuh diri karena lebih susah mengutarakan isi hatinya.

“Cowok kok nangis”. Tanpa disadari, kita juga sering melontarkan kalimat tersebut kepada ponakan, sepupu, atau adik laki-laki kita. Akibatnya pemikiran semacam itu akan abadi sepanjang hayat.

Stigma terkait keimanan yang diberikan pada orang yang mengalami gangguan mental juga membuat mereka takut membuka diri dan meminta pertolongan.

Padahal, mengakui kalau kita sedang mengalami kesedihan adalah hal yang cukup melegakan. Dulu ketika ibu saya meninggal, tentu saja saya mengalami kesedihan yang cukup parah. Namun ketika mengakui emosi sedih tersebut, kemudian bercerita ke teman sejawat atau melalui tulisan di beberapa media, hal tersebut ternyata cukup melegakan

Iya, Cowok juga boleh bersedih. Dan sangat wajar kok, kalau ia menangis.

Alasan positif kehadiran depresi di hidup kita
dalam bahasa psikologi, ada istilah Eustress, yaitu ketika stres yang kita terima membuat diri kita menjadi lebih tangguh, dewasa, dan ahli dalam suatu bidang. Misalnya kita merasa stres dan tertekan ketika akan melakukan presentasi, akhirnya karena merasa terancam maka kita akhirnya belajar dan menyiapkan diri agar dapat tampil secara optimal.

Selain itu, depresi juga membuat manusia lebih dekat dengan orang lain dengan bercerita. Ketika sedang dalam masalah, setidaknya kita akan menghubungi satu teman baik kita. Hal tersebut cukup akan berdampak pada penghargaan kita terhadap sosial dan pertemanan.

Di buku tersebut juga dikatakan bahwa depresi juga menumbuhkan self-awareness sehingga lebih peka terhadap sesuatu yang ada pada tubuh. Self-acceptance yang membantu menerima kekurangan dan kelemahan diri. Dan self-love, sehingga bisa mencintai diri sendiri secara maksimal. Atau dapat disimpulkan bahwa depresi membantu kita untuk menjadi diri sendiri dan menemukan makna hidup yang sedang dijalani.

Buku ini selain memiliki bahasa yang ringan, isinya juga komprehensif. Sangat cocok bagi Anda yang pengin berkenalan dengan depresi secara paripurna. Oh iya, satu lagi, jangan beli buku bajakan!


Afiqul Adib

Fresh graduate yang suka hidup hemat untuk foya-foya. Dapat ditemui di Instagram @aduib07