Kamu Beneran Mau Jadi Mahasiswa Ga Sih?

pixabay on pexels

Cangkeman.net - Saya pikir hal yang biasa ketika seorang mahasiswa mempunyai kegiatan di luar kuliah untuk menunjang kompetensi keilmuan dan pengalaman hidupnya. Dari mulai ikut organisasi, seminar, diskusi rutin, bekerja paruh waktu, dan segala hal yang berkaitan dengan aktualisasi hidupnya.

Tak ada yang salah dengan beberapa hal tersebut. Apalagi jika mengingat bidang keilmuan modernitas yang semakin luas dan sampai saat ini masih terus berevolusi di setiap bidangnya. Rasa-rasanya sudah sepatutnya menjadi manusia modern itu mengeksplor keluasan dunia yang sekarang.

Namun, di sisi yang lain, saya kira kita semua sudah mafhum bahwasannya segala hal yang berlebihan itu juga tidak baik. Suatu hal akan menjadi timpang apabila kita tidak bisa mengaturnya secara proporsional. Meskipun pernyataan itu cukup masyhur dan terlihat sederhana, tapi masih banyak dari kita yang kadang kala belum mampu melakukannya.

Tak jarang saya menemui kawan-kawan mahasiswa yang hidupnya pontang-panting karena kegiatan di luar perkuliahan. Ada yang rajin mengikuti kegiatan organisasi tapi ketika perkuliahan mereka apatis dengan tugas dan materi perkuliahan. Ada yang sibuk kerja paruh waktu, tapi keefektifan kuliahnya menjadi berkurang karena pikiran dan tenaganya terkuras

Semua hal itu tak hanya berdampak terhadap diri mereka sendiri. Saya yang menjadi kawannya kadang pun ikut terkena dampak dari ketidakmampuan mereka mengatur kegiatan di luar kuliah. Misalnya saja perihal mengerjakan tugas secara berkelompok. Kadang kala mereka sulit untuk diajak serius. Dalam artian: Mereka menganggap remeh tugas kelompok. Dengan serta-merta mereka sibuk, alhasil kegiatan berkelompok seolah-olah menjadi kegiatan individu untuk saya di kelompok tersebut.

Lantas, apakah saya tidak manusiawi ketika saya tidak bisa memahami mereka sebagai pribadi yang sibuk?

Malahan, saya pikir mereka yang tidak manusiawi. Karena jika konteksnya di dalam perkuliahan, maka harusnya yang primer itu, ya, bagaimana mereka melakukan tugasnya sebagai mahasiswa secara autentik dan bertanggung jawab. Bukan malah saya yang harus memahami kegiatan pribadi mereka yang tidak ada kaitannya dengan pribadi saya.

Tapi itu saya anggap sebagai persoalan biasa. Toh, saya pun masih bisa mengontrol mereka jika dalam konteks berkelompok.

Nah, yang menjadi maksud dari tulisan ini adalah saya ingin mengajak kawan-kawan mahasiswa, bahwasannya ketika menjadi mahasiswa, harusnya kita bisa proporsional saat mengikuti kegiatan di luar perkuliahan. Jadi, sebelum membaca lebih lanjut, saya tegaskan terlebih dahulu, kalau tulisan ini hanya untuk kalian yang benar-benar ingin menjadi mahasiswa autentik. Kalau tidak, ya silakan skip. Okey …

Apa sih mahasiswa autentik?

Bagi saya, mahasiswa autentik itu adalah mereka yang benar-benar asli dalam praktiknya. Dengan kata lain, apapaun peraturan, prinsip-prinsip, yang ada di perkuliahan dalam membentuk personalitas mahasiswa, ya kita harus melakukannya secara konsisten. Tidak serta-merta mengikuti kegiatan di luar kuliah, lantas prinsip kegiatan di luar perkuliahan itu menganggu prinsip seorang mahasiswa.

Saya sendiri heran ketika mereka ditanya dosen perihal mengapa tidak mengerjakan tugas, tidak masuk kelas, enggan serius nugas kelompok, itu sering kali berasalan, “Maaf, Pak/Bu, kemarin jamnya tabrakan dengan jam kerja." "Maaf, Pak/Bu, kemarin tidak mengerjakan tugas karena jadwal padat berorganisasi.”

Sempat saya berpikir, sebenarnya mereka tujuan utama masuk universitas itu buat kerja apa buat kuliah, sih? Mereka itu apakah masuk universitas tujuan utamanya berorganisasi, lalu bonusnya kuliah?. Kalau begitu yah menurut saya menjadi terbalik logikannya.

Bukan berarti saya mengharamkan perihal mengikuti kegiatan di luar perkuliahan. Saya sendiri pun ada kesibukan di luar perkuliahan. Akan tetapi, cobalah kita sebagai makhluk yang dianugerahi akal itu untuk berpikir lebih bijak lagi. Pahami lebih dalam identitas kita, berperilaku konsisten dengan identitas kita. Awal masuk universitas, kita ini siapa, sih? Dengan melekatnya identitas mahasiswa, kedepannya itu harus ngapain, sih?

Kalau memutuskan untuk ikut organisasi, bekerja paruh waktu, atau apapun di luar kegiatan berkuliah, sebaiknya kita pertimbangkan dahulu matang-matang. Apakah ke-depannya kegiatan di luar tidak mengganggu kegiatan kuliah? Apakah kegiatan di luar ini turut mendukung kita sebagai mahasiswa? Bagaimana jika nanti kegiatan di luar mengganggu kegiatan kita di dalam perkuliahan? Pertimbangan-pertimbangan semacam itu bagi saya sudah seharusnya diaktualisasikan agar kemudian kita mampu untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi.

Sebab, banyak dari mereka yang sumpek karena dibenturkan dengan kegiatan berkuliah dan di luar kuliah. Menurut saya, hal itu lagi-lagi ya karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam menghadapi dua kegiatan tersebut. Mungkin pikirnya, "Ah, ikut organisasi mah gampang, tinggal mau apa tidak." "Ah, kerja mah, enak, bisa buat biaya tambahan dan uang saku kuliah." Ya, memang enak, tinggal mau apa tidak, gitu aja. Tapi, di balik itu, ya kita harus tahu dulu, mengapa kita mau, kita harus kritis dengan alasan tindakan kita sendiri. Karena alasan dan keputusan yang kita ambil itu nantinya akan berpengaruh bagi kehidupan kita ke-depannya.

Bukan berarti kita tidak autentik ketika mengikuti kegiatan di luar kuliah. Tapi yang dimaksud adalah bagaimana sih kita sebagai mahasiswa menempatkan porsi kegiatan kuliah dengan kegiatan di luar kuliah itu secara proporsional. Proporsional kan artinya seimbang, tidak ketimpangan. Kalau melihat paparan saya di atas tadi, bahwa mahasiswa autentik itu adalah konsistensi kita menjalani prinsip-prinsip perkuliahan. Maka untuk bisa autentik, jangan sampai kegiatan di luar perkuliahan itu mendistraksi prinsip-prinsip kita sebagai mahasiswa.

Kalau kita sudah memahami porsi dan proporsinya, saya pikir kita tidak akan mengeluarkan alasan-alasan seperti tabrakan jam kerja atau jadwal padat berorganisasi. Itu bukan alasan yang logis menurut saya. Karena itu adalah urusan di luar perkuliahan, bukan termasuk urusan di dalam perkuliahan.

Demikian paparan perihal mahasiswa autentik. Saya tidak bermaksud yang jelek-jelek, apalagi mempengaruhi kawan-kawan buat tidak ikut kegiatan di luar kuliah. Tidak sama sekali. Namun maksud saya adalah mengajak untuk konsisten dalam menjalani prinsip kehidupan. Karena kalau sedari mahasiswa saja kita sudah tidak konsisten, bagaimana kita ke-depannya menjalani kehidupan yang sebenarnya.


Achmad Fauzan Syaikhoni

Mahasiswa komunikasi yang mengaku introvert. Tapi pengin jadi filsuf. Hehehe. Bisa ditemui secara virtual lewat IG: zann_sy