3 Pelajaran Hidup yang Bisa Didapatkan Saat Naik Busway
![]() |
Transjakarta |
Cangkeman.net - TransJakarta atau yang bisa disebut sebagai busway merupakan salah satu transportasi umum yang banyak digunakan oleh masyarakat Jakarta. Selain nyaman karena ada pendingin udara alias ac di dalamnya, moda transportasi ini juga bebas dari lalu lalang pengamen dan juga pedagang asongan.
Selain untuk menunjang mobilitas, naik busway sebenarnya dapat memberi manfaat lain bagi para penggunanya. Dalam hal ini, salah satu manfaat yang bisa dipetik dari naik busway adalah memperoleh pelajaran hidup.
Anda boleh saja tidak menyadari bahwa ada pelajaran hidup tersembunyi yang bisa didapatkan dari perjalanan naik busway. Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk memberi tahu hal tersebut. Setidaknya ada tiga pelajaran hidup yang bisa didapatkan pada saat menggunakan busway di Jakarta.
1. Time Management
Sebagai daerah metropolitan, yang namanya Jakarta jelas tidak bisa dilepaskan dari keramaian. Apalagi jika sedang memasuki hari-hari kerja. Lautan manusia maupun kendaraan sudah pasti akan melimpah ruah di atas permadani daratan Jakarta.
Pemandangan pada paragraf atas juga berlaku ketika sedang naik busway. Adakalanya kita harus rela berdesak-desakan dengan lautan manusia yang punya beragam kepentingan di dalam halte atau busway itu sendiri. Pemandangan ini tidak hanya bisa ditemukan pada saat hari kerja saja. Bahkan di saat akhir pekan pun lautan keramaian tersebut masih dapat dijumpai.
Agar terhindar dari hiruk pikuk saat menggunakan busway, tentu dibutuhkan time management alias manajemen waktu yang baik. Selain untuk menghindari antrean atau ledakan pengguna busway, manajemen waktu juga diperlukan agar terhindar dari kemacetan.
Meskipun memiliki jalur tersendiri, perjalanan busway di Jakarta tidak selalu berjalan mulus. Acapkali busway juga turut merasakan macet di Jakarta. Entah karena mengantre di lampu merah atau mengalah kepada para penyerobot jalur busway.
2. Belajar Empati
Saat menggunakan busway, kita pasti akan menemukan semacam himbauan untuk memberikan kursi kepada empat golongan penumpang. Rinciannya adalah kepada lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, dan orang yang membawa bayi.
Sebelum pandemi Covid-19 menyerang, imbauan di atas dapat ditegakkan melalui seorang kondektur yang ada di dalam busway. Jika ada penumpang yang benar-benar membutuhkan kursi, kondektur akan mengimbau penumpang yang lebih muda atau bugar untuk memberikan kursinya.
Untuk saat ini, tidak ada lagi kondektur yang bertugas di dalam busway. Dengan demikian, kesadaran untuk memberikan kursi kepada yang lebih membutuhkan sangat bergantung kepada para penumpang busway sendiri. Secara tidak langsung, hal ini dapat melatih empati individu secara mandiri.
Terkait dengan belajar empati, terutama di dalam busway, saya pribadi punya pengalaman yang cukup menarik. Kejadiannya sendiri terjadi kira-kira pada suatu malam Minggu di tahun 2017. Seingat saya, awalnya ada seorang ibu naik busway di halte BNN. Ibu tersebut terpaksa berdiri di dalam busway karena kursi penumpang sudah terisi penuh.
Di tengah hiruk pikuk busway di malam Minggu, ada seorang anak kecil yang menawarkan kursinya kepada ibu yang berdiri tersebut. Tanpa diminta, dia tak segan untuk berdiri dari kursinya. Tak pelak orang tuanya kemudian memuji dan mengelus anak tersebut. Bukan hanya sang orang tua saja, saya sendiri juga merasa salut dengan perilaku anak tersebut.
3. Rendah Hati
Terakhir, naik busway secara tidak langsung dapat mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Bagaimana bisa? Jadi, begini alasannya.
Saat naik busway, semua penumpang memiliki derajat yang sama. Dalam hal ini, tidak ada kursi atau fasilitas khusus yang disediakan untuk pejabat, artis, atau publik figur. Kalau ada fasilitas khusus di dalam busway, fasilitas tersebut adalah kursi prioritas untuk lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, atau orang yang membawa bayi.
Oleh karena itu, tidak perlu marah atau kecewa sembari membawa status sosial jika tidak mendapat kursi di dalam busway. Jika tidak termasuk ke dalam golongan prioritas, yang berhak mendapat kursi adalah orang yang naik terlebih dahulu atau gercep. Sikap membumi alias rendah hati sangat diperlukan jika perjalanan naik busway ingin lancar-lancar saja.
Demikian tiga pelajaran hidup yang bisa didapatkan saat menggunakan busway di Jakarta. Jika ingin merasakannya, Anda dapat segera menuju halte busway terdekat. Sebelumnya, Anda harus memiliki kartu elektronik terlebih dahulu untuk proses pembayaran melalui skema tap in. Hehehe.

Posting Komentar