Kapan Menikah? Inilah Alasan-alasan Kenapa Belum Menikah

Juan Pablo Rodrigo on Unsplash

Cangkeman.net - Seperti apa yang pernah kudengar beberapa kali dalam tausiyah, pernikahan merupakan ibadah terpanjang dalam hidup. Aku sepakat dan meyakini pernyataan itu. Sebab bagiku, ketika seseorang telah memutuskan untuk menikah, maka ia bukan sekadar siap untuk duduk bersanding dengan calonnya di pelaminan. Melainkan ada sisi kesiapan lain yang mestinya sudah ia pegang dengan mantap.

Memang jika menilik kata 'siap', mungkin tidak semua orang yang memutuskan menikah memang sudah siap secara mantap. Serupa dengan video yang di-publish oleh Hawariyyun di kanal YouTube-nya, bahwa mungkin ia tak akan menikah sampai sekarang jika ia hanya mengandalkan kata 'siap' atau 'belum siap'. Menurut pengakuannya, saat memutuskan untuk menikah pun, Hawariyyun belum benar siap untuk menikah. Tapi, karena ia memiliki banyak pertimbangan atas keputusan pernikahan itu sendiri, maka ia akhirnya tetap melaju sampai kini sudah dikaruniai satu orang anak yang lucu dan menggemaskan.

Mungkin dari perspektif Hawariyyun, ok ia bisa jadi tidak begitu siap untuk menikah pada saat menikah. Tapi jangan lupa, ia punya banyak pertimbangan. Artinya, meski ia belum banyak berbekal untuk menikah, tapi sesungguhnya ia sudah siap dengan segala bentuk pertimbangan yang ia gunakan. Sehingga dari sini aku berpegangan bagaimanapun istilahnya, menikah itu memang perlu kesiapan.

Dalam lingkup sosialku, teman-teman dan anak-anak muda seusiaku sudah banyak yang menikah, bahkan tidak sedikit pula yang telah menggendong anak. Sedangkan aku? Hm coba tebak, dan tadaaa perkiraan kalian benar. Aku belum menikah. Makanya, jika bertemu orang lain entah itu sanak saudara, teman, atau juga tetangga, pasti pertanyaan yang sering melayang padaku adalah pertanyaan perihal "Kapan menikah?"

Jika sudah ditanya begitu, aku hanya bisa senyum-senyum. Dalam hati aku berkata, "Apa tidak ada pertanyaan lain yang lebih menarik?" Huh, tapi sayangnya memang itu adalah salah satu pertanyaan yang sudah telanjur hits dan paling menarik untuk ditanyakan kepada anak muda yang memasuki usia kepala dua macam aku, selain dari pertanyaan "Sudah lulus sekolah/kuliah?", "Sudah kerja di mana?",  "Jadi apa sekarang?" dan kawan-kawannya. Apalagi bentar lagi hari raya nih, buat kaum-kaum sejenisku lebih baik mulai sekarang banyak-banyak ditenangin deh hati dan logikanya, biar nanti kalau kedapatan tanya yang bagi kita enggak menarik itu, bisa tetap lapang dan bersahaja, hehe.

Ya, namanya manusia. Enggak bisa disalahin juga sih. Mereka bebas bertanya apa saja, dan sebagai yang ditanya aku juga bebas untuk merespon tanya itu dengan cara apa saja. Semua kan ada risikonya, jadi yang penting usahakan kalau respon/jawaban kita tidak akan membuat mereka marah atau sakit hati. Karena kalau kamu enggak mau mendapat lemparan kalimat yang menyakiti hati, maka jangan lempari orang lain dengan kalimat yang dapat menyakiti hati mereka.

Balik lagi soal nikah, kalau aku dipaksa banget nih buat jawab kenapa belum nikah. Maka jawabannya adalah aku belum punya 'kesiapan'. Belum punya 'pertimbangan' seperti apa yang dipunyai Hawariyyun waktu dia memutuskan untuk menikahi Dena Haura. Bagiku, menikah itu bukan ajang lomba. Nikah duluan atau punya anak duluan, itu enggak membuat si pelakunya jadi pemenang. Kalau temenku udah pada nikah, ya itu artinya mereka udah ketemu jodohnya, ketemu sama apa yang membuat mereka yakin dan siap untuk menikah. Sedangkan aku belum, aku belum sampai di titik itu.

Dan perlu diketahui, kesiapan menikah setiap orang itu tidak bisa disamaratakan hanya dengan melihat kadar usia yang sama/sejajar.

Lantas apa saja sih kriteria kesiapan menikah yang harusnya dijadikan pertimbangan? Dari beberapa part kisah hidup yang aku temui. Siap dalam artian menuju bahtera rumah tangga itu tidak hanya sekadar siap menyandang status sebagai suami/istri. Tapi lebih dari itu.

Setiap suami dan setiap istri itu punya tanggung jawab. Tanggung jawab dalam rumah tangganya sendiri dan juga tanggung jawab sebagai anggota keluarga baru di rumah mertua alias sebagai menantu. Tidak berhenti di situ, setiap dari mereka juga akan berganti peran seiring berjalannya waktu. Selain siap menjalankan kewajiban sebagai suami/istri dan menantu, setiap diri yang menikah juga harus siap dan memahami bahwa kelak mereka akan jadi orang tua, jadi bapak dan jadi ibu. Nah, maka dari itu, nikah itu harus benar-benar didasari oleh pertimbangan yang matang. Ada banyak aspek yang perlu dipelajari sebelum jenjang itu benar ditempuh.

Pada kenyataannya, kumpulan tips untuk menjalani pernikahan itu memang banyaknya teori. Secara praktik ya akan bisa dipelajari jika sudah benar menikah. Tapi tidak ada salahnya belajar teori dulu, kan seenggaknya setiap diri akan punya bekal sebelum benar merealisasikannya dalam kehidupan rumah tangga.

Soalnya enggak jarang orang menikah itu ya karena sekadar udah punya pasangan alias calon. Ya pokoknya mikirnya mah, udah ada calon nih, terus saling sayang, ya udah nikah gitu. Padahal kan menikah enggak cukup sampai di situ aja, ada kelanjutan selain dari rasa sayang atau juga rasa cinta yang udah terbangun. Ya ok, cinta itu penting. Apalagi calonnnya, kan enggak akan bisa nikah juga kalau calonnya belum ada. Tapi masalahnya, kadang banyak yang terlalu masa bodo. Pikirannya waktu nikah ya senang sekarang saja. Urusan nanti belakangan.

Itu tidak bisa dibenarkan. Kalau kaya gitu, artinya kesiapan menikah itu tidak ada, dan bisa bahaya kalau nanti di dalam pernikahan muncul permasalahan. Bisa-bisa mereka kaget dan akhirnya malah mengambil keputusan yang salah. Ingat, ada tanggung jawab yang enggak bisa dilemparkan ke pihak lain kalau udah jadi suami/istri. Enggak bisa. Apapun yang terjadi kalau sudah menikah itu adalah risiko yang sudah seharusnya dengan penuh keberanian untuk dihadapi.

So, buat kamu dan juga buat aku yang belum menikah. Yuk kita kumpulin dulu deh bekal yang banyak buat persiapan menuju ke pernikahan. Kita rundingin dulu nih sama diri kita sendiri, dan yang paling utama sama Tuhan. Ingat, apa pun yang terjadi di dunia ini bisa kejadian sebab Tuhan telah berkehendak. Jadi jangan merasa sedih, atau bahkan marah kalau kamu belum juga menemui fase untuk menikah. Semua ada waktunya, yang penting tetap berusaha dan berdoa.

Tetap semangat!!
Semoga Tuhan selalu menuntun kita pada jalan yang baik.

Susi Retno Utami

Dapat ditemu di Instagram @susiiretn.