Sajak Listrik Mati Suri
4
Yash Patel on Unsplash |
Angin berlarian dari luar
lewat jendela kayu
berteduh di kamarku
Angin ketakutan, dikejar mendung hitam..
Semua heboh,
dedaunan menggonggong
bertepuk tangan
meriah atau mencekam
...
Yang pasti, capung dan belalang..
kini saling berpegang
“Ada granat yang keji, ditunggangi seribu tahun kelaparan”
yang tak akan pernah puas dan luluh
walaupun oleh kedamaian pohon waru
“Setiap yang berakar pun akhirnya bergoyang”
Tapi,
pepohonan memeluk bumi dengan teguh
seperti seharusnya.
Listrik mati suri..
Petir berteriak,
berkilat di langit yang basah kuyup air mata
aku kembali menjadi manusia
....
bercengkrama dengan keluarga,
seperti seharusnya.
Bojonegoro, 2022
Galih Agus Santoso
Anak teknik yang cinta sastra. Tinggal di Bojonegoro, Jawa Timur. Beberapa karyanya termuat dalam antalogi puisi “Terungku Air Mata” dan “Selamat Berbuka Puisi”. Pada 2020 ia meraih Juara 1 Lomba Menulis Puisi Tingkat Nasional yang diadakan oleh Penerbit Binarmedia. Ia aktif di instagram dengan akun @santosoogalih.

Padahal, sesederhana itu bahagia
"Bercengkrama dengan keluarga
Seperti seharusnya"-Sajak listrik mati suri