Hal-Hal Ini Sebaiknya Jangan Kamu Paksakan!

Salman Hossain Saif on Unsplash


Cangkeman.net -
"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini itu banyak sekali." Begitulah potongan lirik lagu opening salah satu kartun Jepang yang selalu terngiang-ngiang di kepala sejak kita masih kecil. Dalam kartun tersebut, apapun yang diinginkan oleh Nobita -tokoh utama dalam kartun tersebut- seakan tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan oleh kantong ajaib Doraemon. Hingga tak jarang hal itu terbawa sampai ke kehidupan kita, bahwa semua yang diinginkan harus juga tercapai. Akan tetapi, hidup di dunia nyata yang jauh dari segala keajaiban seperti dalam cerita fiksi, semua harus memahami bahwa ada beberapa hal yang sebaiknya memang tidak bisa dipaksakan.

Berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang paling sempurna memang tujuan yang baik, siapapun yang melakukannya pasti akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika itu berhasil. Akan tetapi, tidak semua hal bisa kita kendalikan hingga melebihi batas kemampuan diri sendiri, ada kalanya kita sebagai manusia juga harus memiliki kontrol untuk memilah mana yang bisa dipaksakan dan hal apa saja yang jika dipaksakan justru sama saja dengan toxic positivity. Hal-hal berikut ini akan berimbas pada dampak yang kurang baik apabila kita memaksanya seperti Nobita yang memaksa Doraemon untuk mengeluarkan sesuatu ajaib dari kantongnya hanya karena keinginan pribadinya.

1. Memaksakan Diri Melupakan Memori Buruk
Menyakitkan memang, saat mau tidak mau harus menerima kenyataan dan rasa sakit ketika pikiran tiba-tiba membawa pada suatu pengalaman buruk. Namun otak manusia memang sudah dari sananya akan menyimpan berbagai memori, baik dari yang paling membahagiakan sampai yang paling menyedihkan. Tidak perlu menyangkal semua itu apabila tiba-tiba terbesit mengingat pengalaman kurang menyenangkan. Pengalaman buruk itu tak perlu dipaksa hilang dari ingatan, cukup terima itu dengan perspektif yang tidak menyakitkan. Tidak bisa secara langsung memang, tapi seiring berjalannya waktu kita akan menyadari bahwa pengalaman tidak menyenangkan itu nantinya bisa menjadi pembelajaran berharga di masa depan supaya lebih bijak dan berhati-hati lagi.

2. Memaksakan Perubahan pada Orang Lain  
Kalau ini sih jatuhnya sudah masuk area yang toxic. Memaksa orang lain melakukan ini dan itu dengan alasan demi kebaikan mereka tidak selamanya juga baik bagi orang tersebut. Seperti contohnya saat ada orang yang mahir matematika saat di SMA dulu, namun mereka memilih untuk mengambil program studi bahasa karena kecintaannya pada dunia sastra, di mana ternyata ia jago di bidang matematika karena tuntutan dari keluarganya yang mengharuskan mengikuti les matematika sejak kecil. Tentu sebagai orang yang kenal dekat dengan orang tersebut akan menyayangkan keputusannya dan berharap dia juga mau mengikuti sarannya untuk melanjutkan di bidang matematika saja. Akan tetapi, hal tersebut sama sekali bukan ranah kita, karena sama saja dengan memaksakan perubahan pada pilihan yang orang lain mau, di mana tentu orang tersebut jauh lebih paham mana yang terbaik untuk dirinya. Sebagai pihak luar cukuplah memberikan dukungan selama itu tidak merugikan siapapun.

3. Memaksakan Orang Lain Untuk Mau Berteman
Ini masih sering juga dijumpai di berbagai circle pertemanan anak muda Indonesia. Adakalanya mereka akan melakukan apa saja untuk memaksa orang lain agar mau menjadi temannya. Duh, jangan lagi deh, Gaes. Karena hubungan pertemanan itu sama seperti kita mencari pasangan, usahakan ya cari yang mau sama mau menjalin hubungan dengan kita. Jika mereka sefrekuensi dan mau berteman, tentu tidak perlu ada drama dan banyak tuntutan hanya untuk menjadi temannya. Tempatkan diri di mana kita tidak hanya dibutuhkan, namun juga dihargai dan diperlakukan dengan baik. Tidak mau berteman? Tidak usah dipaksa, cari lagi lingkup pertemanan yang tidak toxic namun bisa mendukung perkembangan diri, sedikit tak masalah asal mereka memiliki kualitas yang sama-sama dicari.

4. Memaksakan Diri Untuk Sembuh
Ini biasa ditemukan di kalangan anak muda yang baru mengalami kegagalan di per-bucin-an duniawi. Masih ada loh yang baru putus lalu tidak lama kemudian langsung membawa gandengan baru hanya untuk memanas-manasi mantan. Kalo boleh saya katakan, sungguh tindakan itu tidak selamanya manjur membuat si doi panas. Justru akan membuat siapa saja yang melakukan itu terkesan memaksanakan diri untuk sembuh dari luka yang baru dialami. Kalem saja kawan-kawan, tidak usah terlalu buru-buru untuk terlihat siapa yang lebih duluan sembuh dari masa lalu, karena pada dasarnya waktu dan jalan hidup di masa depan akan menyembuhkan itu semua secara bertahap.

5. Memaksakan Gebetan untuk Suka Balik
Aduh. ini poin yang agak-agak membangsulkan, nyesek sih emang, tapi ya sebagai makhluk sosial yang berperikemanusiaan, tidak baik juga kalau memaksakan orang yang disukai juga harus menyukai balik, pelanggaran HAM di urusan perasaan namanya. Berharap lebih hingga melakukan pendekatan memang boleh, namun bukan berarti harus memaksakan diri yang berujung membuat si doi malah risih. Kalau di fase pendekatan yang cukup lama dia tidak juga menunjukkan sinyal akan membalas perasaan, cukup akhiri saja dan hentikan sifat denial bahwa ia akan suka seiring berjalannya waktu. Nggak deh beneran, kalau niat mau suka pasti langsung sat-set dan ngga akan membuat pikiran bertanya-tanya akan perasaannya.

 

Yunita Devika Damayanti

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepak bola