Sebuah Resensi: Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Masalah Besar
Shofwhere |
Cangkeman.net - Sejak kecil, saya selalu dinasehati oleh nenek tersayang untuk menjadi manusia yang legowo. Sepehamahaman saya, kata legowo berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak menaruh dendam, lapang dada, rela, dan tidak suudzon dengan kejadian yang menimpa diri kita. Tetapi, nasihat itu sama sekali tidak mempan bagi saya. Saya tumbuh menjadi orang yang lekas marah atas hal-hal kecil yang sebenarnya tidak pantas dipedulikan.
Begitu banyak orang yang menghabiskan energi untuk "memusingkan hal-hal kecil" sehingga mereka sama sekali kehilangan sentuhan akan keajaiban dan keindahan hidup ini. (Hal. 1).
Membaca buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Masalah Besar membuat saya merasa sedang menertawakan kebodohan dalam hidup yang telah saya lakukan selama ini. Misalnya saja, saya selalu memusingkan hal-hal kecil; selalu terjebak dalam pikiran, "Kalau nanti... gimana, yah?"
Richard sebagai penulis berhasil memberikan contoh kasus yang mudah dipahami pembaca pada setiap sub judul.
Diakui atau tidak, kita sering terganggu dengan cuitan orang lain di media sosial yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menyinggung kita. Tetapi, kita terlalu geer dan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menuliskan komentar jahat yang bahakn disertai dengan bonus berita bohong. Jika terus demikian, kita akan tumbuh menjadi primadi melodrama yang selalu bersikap dramatis dengan membesar-besarkan masalah kecil. Hal ini disiunggung dalam buku yang ditulis Richard pada sub judul "Ubahlah melodrama menjadi Mellow-Drama".
Membaca buku ini, saya seperti menemukan sebuah ramuan ajaib sebagai obat untuk mulai bersikap bahwa hidup bukanlah keadaan gawat darurat, sehingga kita pantas menikmatinya. Terkadang kita menghabiskan berjam-jam untuk menyelesaikan tugas yang akan terus bertambah setiap harinya hingga kita tidak punya waktu untuk berbicara dengan ibu atau bertanya kepada adik bagaimana dengan sekolahnya, apakah dia mengalami perundungan atau baik-baik saja. Padahal, sampai mati pun daftar tugas kita tidak pernah kosong. "Ingat, waktu Anda mati nanti, selalu masih akan ada urusan yang belum selesai. Dan tahukah anda? Orang lainlah yang akan menyelesaikannya! Jangan membuang-buang waktu berharga Anda dengan menyesali hal yang tak terhindarkan." (Hal. 13).
Meskipun dalam alih bahasa ada beberapa kalimat yang menurut saya membingungkan, misalnya kalimat, "Oke, untuk lima menit berikut ini aku takkan membuat diriku merasa tak terganggu oleh apa pun. Aku akan sabar." (Hal. 29). Jika diperhatikan dengan saksama, kalimat pertama tidak selaras dengan kalimat kedua yang berbunyi, "Aku akan sabar". Seharusnya kalimat pertamanya berbunyi, "Oke, untuk lima menit berikut ini aku akan membuat diriku merasa tak terganggu oleh apapun." atau bisa juga dengan kalimat "Oke, untuk lima menit berikut ini aku takkan membuat diriku merasa terganggu oleh apapun."
Terlepas dari itu semua, saya rasa buku ini sangat memudahkan karena pembaca tidak harus membacanya secara berurutan, tetapi bisa disesuaikan kebutuhan.
Sebagai penutup, saya ingin menekankan kepada kamu bahwa membuat masalah kecil menjadi masalah besar tidak seharusnya dilakukan. Mereka sama sekali tidak berharga di hidup kita. Memang dengan bersikap demikian tidak membuat hidup sempurna. Namun, alangkah menyenangkannya jika kita memiliki sebuah strategi, sehingga dapat membuat kita menikmati hidup yang singkat dengan berbagi kasih bersama orang-orang tercinta. Ya, itu kalau kamu punya. Kalau belum, kamu bisa menggunakan buku ini sebagai petunjuk untuk menemukannya, kok.
Identitas Buku :
