Mari Bertemu Ibu dan Puisi Lainnya oleh Lilin


Guille Pozzi on Unsplash


RUMAH TANPA JENDELA

kotak kardus beratap abu
di bawah langit kaca
pintu tak berdaun
mendengar suara tanpa bicara
inilah rumah kami
 
dua puluh tahun bukanlah anak-anak
atau bisa dikatakan dewasa
hanyalah wajah bocah yang mempertanyakan kedewasaan
tanpa pengasuhan
 
makanlah setelah malam
upah seharian 'kan diberikan setelah selesai
kita adalah satu tim
menghitung untung rugi kesendirian
 
kita hanya selebaran mimpi manis
yang kehilangan kata-kata karena gerimis
menempel di dinding kamar
tanpa jendela; tanpa cahaya
 
Joyoboyo, 2021
 
 
 MARI BERTEMU IBU
 
hujan sering datang seiring rindu
kilat petir membersamai
langit kelabu
ayat-ayat suci menjebak dengan kerumitannya
waktu dan temu merayu-rayu;meminta
"Mari kita duduk, menafsirkan apa yang ingin kau tahu."
 
hujan hari ini masih sama
dengan hari-hari lalu
hari dimana ia pergi menjauh
mengajak benam kembali
ke rahimnya--ke tempat muasal segala doa
 
Surabaya, 2021 
 
 
BIAS BAYANGAN IBU
 
di seberang jalan
halte bus berdebu membiarkan kami berteduh
lama-lama
sampai bus kota tiba
menyuguhkan kesibukan jalan raya

satu persatu bocah-bocah naik ke pelukan ibunya
pulang sekolah menjadi hadiah dari lelah seharian bekerja
dengan isi kantong yang tak juga seberapa

"Ini siapa?"
senyum wajah asing tersungging

kewajiban lompat ke pundak
di bawah wajah muda yang dipaksa tua
bocah-bocah berlindung dari gerimis

jalan raya sekian waktu ditinggalkan
ibu bermetamorfosis jadi kupu-kupu
terbang ke taman surga sendirian
dengan air mata berjatuhan
sepanjang trotoar

selepas sinar senja disimpan
ini hari sudah mendekati sore
kugiring kenangan ke peraduan
menjadi tua di antara wajah sama-sama bocah
bukanlah sebuah kutukan

Surabaya, 2021
 
 

Lilin

Pengagum sunyi dan sendiri. Jejaknya dapat dilacak di akun Instagram @farren_farrenz