Emangnya Penulis Harus Nerbitin Buku, Yah? Yah Harus Doong!

Sincerly on Unsplash

Cangkeman.net - Beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan pendapatnya. Katanya, "Jualan buku dari karya sendiri nggak bikin kaya."

Menurut persepsiku, dia seolah bertanya, "Untuk apa sih, nerbitin buku?"

Sebagai seorang penulis yang amat berharap punya karya yang dibukukan secara solo, merasa tergelitik untuk mengkeritik pendapatnya. Untuk siapapun yang merasa sedang dibahas di sini, penulis akan mengungkapkan tentang suatu hal yang bukan hanya berdasarkan opini, tetapi juga FAKTA!

Okelah, untuk persepsi "Jualan buku sendiri nggak bikin kaya." itu sih saya setuju-setuju aja. Cuma, ada beberapa alasan lain yang patut dipertimbangkan kenapa karyamu sebaiknya dibukukan. Nih alasanya.

Pertama, seorang penulis yang namanya terpampang di cover buku, tentu akan memiliki kebanggan tersendiri memiliki karya itu. Ditambah lagi, beberapa profesi mengharuskan seseorang memiliki setidaknya satu karya yang dibukukan untuk naik jabatan; seperti guru.

Kedua, menghindari plagiarisme. Hai, itu karya kita! Bukankah menyenangkan bisa mengakui kepada khalayak jika karya yang tengah mereka baca adalah karya kita? Namun, bagaimana bisa kita mengakui itu karya kita yang terkena plagiarisme jika kita tidak punya hak cipta?

Inilah kenapa sebaiknya kita bukukan karya kita. Usah pedulikan dulu adakah orang yang mau beli atau sekadar membacanya. Yang terpenting, kita bisa mengakui bahwa itu karya kita. Perlu ditekankan, bahwa yang dimaksud dibukukan di sini bukan sembarang membukukan, tetapi harus ber-ISBN.

Pernah ada satu kasus dari sekian banyak kasus plagiasi yang saya temukan selama memijaki dunia tulis-menulis. Seorang author di salah satu platform kepenulisan, memiliki jutaan pembaca. Suatu ketika, karyanya terkena plagiarisme, dan itu bukan hanya terjadi satu kali. Beberpa kali ia di-plagiat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ia juga sudah melaporkannya ke pihak aplikasi berkali-kali, selama itu pula laporannya ditolak. Katanya, cuma mirip.

Serius! Pihak aplikasi cuma mengatakan cuma mirip. Padahal, dari sub judul, tokoh, alur cerita, bahkan isinya, sama! Bukan mirip atau persis lagi, tapi 100% sama. Mirisnya lagi, si penjiplak selalu update dalam rentang waktu sehari atau bahkan beberapa jam setelah author asli mengupload ceritanya. Kalau sudah terjadi kasus seperti itu, kan, bingung cari cara buat mendapat kembali hak cipta.

Memang, sekarang banyak, kok aplikasi yang menawarkan fitur keamanan karya kita; tidak bisa di-copy, tidak bisa di-screenshoot, dll. Namun, sadarkah kamu bahwa makin ke sini, makin marak juga aplikasi yang dapat mencuri data-data seperti itu.

Intinya, membukukan karya kita itu bukan sekadar mencari cuan, tapi sebagai cara penulis membuat karyanya aman. Kalau sudah ber-ISBN, kan, tenang. Karena menulis itu erat kaitanya dengan apa manfaatnya buat masa depan. Bukan sekadar cari peruntungan.


Minain

Dapat dikunjungi di Instagram @xyminain_