Dilematis Mahasiswa Magang yang Rentan Eksploitasi Tapi Butuh Sertifikasi

Kemendikbud.go.id

Cangkeman.net - Kita semua tau kalau mahasiswa magang itu mencari pengalaman kerja, dapat gaji, dan belajar. Tapi hidup memang tak pernah semanis ucapan doi pas PDKT. Niatnya cari untung, eh kadang malah buntung.

Sebenarnya hal ini udah jadi uneg-unegku sejak lama dan enggak sederhana, justru sangat rumit dan memprihatinkan. Mahasiswa dituntut untuk bisa bersaing di dunia industri. Banyak lowongan pekerjaan yang memberikan syarat "Pengalaman di bidang terkait minmal 1 tahun". Aduh, fresh graduated gimana punya pengalaman? Kami kuliah itu belajar, bukan bekerja. Tapi karena itulah akhirnya kami para mahasiswa ikut yang namanya magang. Yah katanya sih biar CV enggak kosong-kosong amat. Kalau CV-nya "bersih dan rapi", enggak akan dilirik HRD. Sementara pengangguran adalah petaka. Kalau mahasiswa setelah wisuda nganggur. siap-siap aja harus jadi omongan tetangga. Padahal yah siapa juga yang mau jadi pengangguran. Kecuali kalau kamu sudah kaya raya 7 turunan.

Nah ketika mahasiswa-mahasiswa ini dituntut untuk memiliki pengalaman kerja dan akhirnya ikut magang. beberapa manusia yang enggak manusiawi dengan membuka lowongan magang dengan bayaran murah, atau bahkan tidak dibayar alias unpaid. Ada juga sih beberapa lowongan magang yang gajinya memang sesuai, tapi sulit sekali untuk diterima karena emang saingannya lebih banyak dan sedikit sekali perusahaan yang menerapkan itu.

Kebanyakan perusahaan yang membuka lowongan magang dengan gaji murah atau bahakn enggak digaji ini mengiming-imingi sertifikat, ilmu pengetahuan, dan relasi. Halah, apalah arti sertifikat wong cuma dokumen selembar gitu. Cukup dibuatkan desain, kemudian dibubuhi tanda tangan, kelar. Giliran menjanjikan ilmu pengetahuan, eh malah kerjanya "cuma" disuruh kejar target, enggak ada pendampingan atau bimbingan gitu. Dilepas aja gitu loh. Yah sama aja kaya orang kerja, sama-sama bagai kuda, bedanya enggak dibayar. Mengenaskan. Mau cari relasi? Elahh boro-boro mikirin relasi, yang ada cuma bikin naik kadar emosi. Apalagi kondisi internal yang enggak beres, haduh bikin tambah stres.

Beberapa mahasiswa yang sedang magang sih sebenarnya sadar kalau dirinya sedang dieksploitasi. Tapi yah mau bagaimana, mereka harus bisa bertahan dengan keadaan yang seperti ini. Enggak heran juga kalau enggak dibayar pun tetap mendaftarkan diri. Paling-paling, aku -mungkin juga kamu- berharap agar mereka sedikit saja menghargai partner kerja. 

Di satu sisi, magang unpaid lebih mendekati eksploitasi. Kalau pilih magang paid dengan gaji sesuai beban kerja, saingannya akan lebih banyak dan sedikit perusahaan yang memberikan kesempatan tersebut. Sekalinya ada magang paid dan cukup membuka banyak lowongan, tapi sangat rendah gajinya, hampir sama kaya unpaid. Kalau gini kan aku jadi bingung karena dihadapkan pada pilihan yang sulit, yah karena diriku emang lagi membutuhkan pengalaman magang sih hehehe. Jadi, kalau kamu punya informasi lowongan magang yang manusiawi, bolehlah DM aku lewat Instagram hehe.



Farijihan Putri
Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Diponegoro. Aktif bergiat di Komunitas Sastra Kidung Pena. Dapat dijumpai di Instagram @jeewins_