Belajar dari Nenek Gam Ri Agar Tidak Menjadi Lansia yang Menyebalkan

Gambar oleh Tribun

Cangkeman.net - Drama Korea "Home Town Cha-Cha-Cha" sudah tamat, jelas happy ending. Tapi rasanya hati saya kok sedikit enggak happy yah. Sebagai penikmat Drakor, jujur saya nonto ini awalnya karena ngefans banget sama Mas Kim Seon Ho yang berperan sebagai Hong Bajang. Apalagi di situ doi dapet lawan main Mbak Sin Min Ah si dopkter gigi yang punya lesung pipi itu. Aduhhh gemazzz.

Eh tapi kok lambat laun perhatian saya enggak ke mereka yah. Justru aku lebih tertarik dengan nenek Gam Ri. Itu loh, salah satu tokoh lansia di Desa Gongjin. Nah nenek Gam Ri ini memiliki karakter yang sangat saya suka, doi adalah lansia yang mandiri, baik hati, ceria, dan tidak mau merepotkan anaknya.

Saking sukanya saya sama karakter nenek Gam Ri ini, air mata saya secara khusus hadir ketika adegan nenek Gam Ri meninggal di episode 15 dan 16. Saat itu perasaan saya begitu campur aduk. Sedih juga, marah juga. Mau marah juga bingung ke siapa. Masa mau marah ke penulis sih, enggak tau diri banget saya jadi penonton. Yaudahlah, seperti orang yang patah hati, saya memutuskan menangis sendiri di pojok kamar yang dingin sepi.

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari nenek Gam Ri ini. Seorang yang lanjut usia sering kali dipandang sebagai orang lemah yang hanya merepotkan anak-anaknya disertai dengan berbagai macam keluhannya. Tapi nenek Gam Ri hadir dengan melawan perspektif itu. Bahkan ia senang menjadi orang tua. Ketika ditanya alasannya, dia menjawab, "Jika kuingat-ingat, aku sudah merasakan banyak makanan enak, melihat pemandangan indah, dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Aku minta apa lagi?"

Nenek Gam Ri juga tidak mau merepotkan anak-anaknya. Nenek Gam Ri bahagia tinggal sendiri di rumah tua yang terawat, bahkan dijadikan lokasi syuting oleh Sutradara Ji dari Seoul. Meski ia sebenarnya mempunyai anak. Hal ini juga sebagai realita bahwa seorang lansia yang tinggal sendiri tanpa anak, tak harus kesepian. Dan ini juga realita yang menjawab para penentang childfree yang menganggap masa tua akan kesepian tanpa anak. Padahal di lingkungan saya sendiri banyak fenomena seperti nenek Gam Ri ini. Lansia yang punya anak, lalu hidup sendiri di mana anaknya merantau semua. Yah iitu bukan masalah juga, lagian si anak juga berkeluarga, yah mengurus keluarga mereka dong. Lagipula anak kan enggak minta dilahirkan ke dunia, enggak bisa juga orang tua nuntut agar si anak selalu ada di samping kita. Kalau begitu, nanti keluarga mereka sendiri mau diapain? Dikantongin? Kan ga muat.

Nah nenek Gam Ri ini enggak pernah nuntut apapun dari anaknya. Dia hidup sebagai lansia yang berdaya, yang mandiri serta hidup rukun dengan para tetangga hingga ikut memiliki peran dalam tumbuh kembang Hong Bajang yang hidup sebatang kara. Bahkan di episode terakhir diceritakan bahwa ternyata yang menyelamatkan Hong Bajang ketika ingin bunuh diri analah nenek Gam Ri.

Yah pada akhirnya memang kita akan tua -kecuali kalau kamu mati muda-. Dan masa tua adala masa penerimaan. Di mana ruang kita semakin terbatas dan hanya berteman sepi. Seperti yang dikatakan teman nenek Gam Ri, "Lidah dan otakku menjadi kaku. Aku menjadi ceroboh. Waktu memang cepat berlalu." 

Dan dari Nenek Gam Ri juga kita belajar bahwa seorang lansia juga berhak bahagia meskipun tidak hidup bersama sang anak. Momen itu dapat kita rasakan ketika nenek Gam Ri menjelang tidur, tepatnya sebelum beliau meninggal dan temannya bertanya, "Apa kau bahagia?" Jawaban nenek Gam Ri sangat menyejukkan, "Tentu saja aku bahagia. Aku pernah masuk acara televisi, bahkan bernyanyi di atas panggung. Dan sekarang aku ngobrol bersama kalian. Aku merasa sangat bersyukur."

Nah, biar enggak jadi lansia yang merepotkan anak dan nyebelin, ada baiknya kita belajar dari sosok nenek Gam Ri. Tentu harus menjaga kesehatan, makan-makanan enak, bertemu teman-teman, rukun dengan tetangga, dan jangan lupa pergi berlibur. Jangan sampai kita terlalu bergantung apalagi berharap banyak sama anak. Jadilah lansia yang berdaya! Yahh itu juga kalau kamu enggak mati muda sih.....


Farijihan Putri
Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Diponegoro. Aktif bergiat di Komunitas Sastra Kidung Pena. Dapat dijumpai di Instagram @jeewins_