Menjadi Toleran Seutuhnya
Dalam video juga terdengar penjelasan bahwa para santri tersebut adalah para penghafal kitab suci yang mana mereka yakin dan percayai bahwa musik dapat menghilangkan hapalan mereka.
Sebagai orang yang tidak mengharamkan musik dan malah terkadang menggunakan musik sebagai metode beribadah, tentu saja aku mengerenyitkan dahi. Aku anggap apa yang dilakukan sntri-santri itu agak berlebihan.
Tapi setelah melihat video itu, yaudah aku skip aja kembali ke instatory lainnya. Menurutku pasti banyak temanku yang sependapat dengan video itu akan ramai-ramai membagikan. Itu hal yang wajar dan sudah terbiasa. Aku yang tidak sependapat yah biasa saja, bagiku setiap orang berhak membagikan apapun dalam sosial media mereka.
Eh setelah pulang kerja aku kembali membuka sosial mediaku kok justru sebaliknya. Ternyata banyak yang menertawakan video tersebut, bahkan membawa-bawa tentang terorisme dan intoleransi.
Tunggu dulu dah.
Aku emang menilai apa yang dilakukan para santri tersebut berlebihan, pun banyak hal yang menyangkut keyakinan apapun aku nilai berlebihan atau kadang tidak masuk di akalku. Tapu aku selalu manahan diri untuk tidak menertawakan, mencemooh, dan menggunjing apa yang orang yakini.
Bagiku, jika para santri meyakini musik itu haram dan dapat melunturkan hapalan mereka yasudah, itukan keyakinan mereka. Keyakinan itu sifatnya personal, tidak perlu menjadi bahan ejekan. Setidak logis apapun keyakinan seseorang, seaneh apapun keyakinan itu menurut dirimu, itu tetaplah keyakinan yang di mana orang bebas untuk melakukannya.
Aku rasa, sebenarn-benarnya toleransi yah seperti itu. Selalu menghormati apapun keyakinan yang ada. Jangan sampai kita sering teriak toleran sana-sini tapi justru sikap kita tidak toleran sama sekali.
Apalagi kepada santri yang dimaksud tersebut aku lihat mereka tidak merusak toleransi apapun. Wong yang jelas-jelas intoleran aja, bagiku kita harus toleran. Ada keyakinan-keyakinan intoleran yang nyatanya harus kita akui sebagai keyakinan yang sifatnya personal dan harus kita hormati.
Yang namanya toleransi itu harus siap menerima kebinekaan, keragaman, dan perbedaan. Kalau ada yang berbeda dan kamu anggap tidak sesuai dengan apa yang kamu anut lantas kamu tertawakan dan kamu ejak, lalu di mana letak toleransinya?

Posting Komentar