PPKM : Persiapane Pol-Polan Kompetisine Mbuh


Cangkeman.net -  Publik sepak bola tanah air harus gigit jari ketika gelaran liga tanah air akhirnya ditunda (lagi). Setelah satu tahun vakum karena pandemi, nyatanya harapan untuk kembali menyaksikan klub-klub sepak bola Indonesia masih jauh di atas angan. Liga 1 yang rencananya digelar awal Juli ini dan disusul kasa-kasta di bawahnya, kini diundur hingga beberapa bulan ke depan -itupun enggak tau bakal diundur lagi atau enggak- akibat PPKM untuk wilayah Jawa dan Bali.

Tentu ada banyak rasa kecewa bagi para penggemar liga Indonesia. Tapi selain penggemar, nyatanya seluruh hal yang berkutat dalam sepak bola Indonesia tentu sangat dirugikan.

Tim-tim yang akan bertanding di liga sejatinya sudah banyak yang bersia-siap dengan mendatangkan sejumlah pemain ke klubnya. Kalau keungan klub sedang baik, kalau tidak? Sekarang saja kompetisi belum di mulai. Pendapatan klub yang biasanya didapat sebagian dari rating televisi kini tak ada. Tiket dari penonton apalagi, nihil. Sponsor? Siapa yang mau sponsorin klub yang enggak tanding-tanding elahh..

Hal ini berdampak pada para pemain. Baik pemain lokal dan juga asing. Kalau keuangan klub yang enggak jalan karena kompetisi yang enggak jalan, yah pemain juga susah buat dapat gaji. Beberapa pemain tentu mengalami potong gaji. Enggak sedikit pemain asing yang akhirnya harus pergi ke luar negeri untuk berkompetisi di liga luar. Nah pemain lokal gimana? Kesempatan untuk bermain di liga luar tentu enggak seperti para pemain asing. Sedangkan kehidupan terus berjalan, mereka tetap perlu uang untuk menghidupi diri mereka dan keluarga mereka.

Itu baru yang ada di dalam klub. Belum kita bahas tentang wasit. Wasit ini lebih memprihatinkan. Jika pemain masih memperoleh gaji dari klubnya, wasit ini kalau enggak ada kompetisi yah enggak digaji. Terus gimana?

Oke kita mungkin bisa berargumen bahwa pandemi ini yang kena dampak bukan sepak bola doang. Tapi kan kompetisi sepak bola seharusnya bisa lebih mudah diatur dibandingkan bidang-bidang lainnya. Wong para pemain selalu dites kesehatanya, setiap bertanding dites. Sudah vaksin juga. Dan rata-rata mereka sehari-hari yah bersama klubnya. Jarang sekali kontak dengan pihak lainnya.

Lagipula, bukannya bagus yah adanya kompetisi sepak bola ini di tengah pandemi. Ketika warga sedang isolasi mandiri tentu sangat membutuhkan hiburan untuk meningkatkan imunitas. Dan sepak bola dari dulu adalah hiburan rakyat yang paling murah dan membudaya.

Ada ketakutan beberapa pihak bahwa jika sepak bola dimulai, maka akan ada beberapa supporter yang bandel ke stadion padahal  dilarang tanpa penonton. Yah kekhawatiran itu memang perlu dipikirkan dan untuk dicari solusinya. Dan memundurkan, memundurkan, dan memumundurkan jadwal kompetisi bukanlah solusi.

Percayalah, jika sepak bola Indonesia sudah mulai berjalan lagi. Itu mungkiun justru menjadi keuntungan untuk banyak pihak.