Mengulang Sejarah? Anda Siapa Cuk?

Gambar : makassar.terkini.id


Cangkeman.net - Akhir Juli 2021. Terlalu mudah ditebak. Mereka mencoba mengulang keberhasilan saat beramai-ramai mengkudeta Gus Dur. Peringatan dua puluh tahun lengsernya Presiden Abdurrahman Wahid bisa jadi sengaja dipilih sebagai momentum untuk melakukan gerakan yang sama dengan tema Jokowi End Game. Percobaan ini justru berakhir menjadi sebuah blunder.

Jancuknya, mereka ini justru menyebarkan meme gambar Gus Dur dengan quote "Tidak Ada Jabatan di Dunia Ini Yang Perlu Dipertahankan Mati-Matian". Seakan memberikan pesan kepada Jokowi agar melepas jabatannya sebagaimana yang dilakukan oleh Gus Dur. Kan nggak lucu!

Ada kemungkinan mereka menjadikan NU sebagai salah satu bahan perhitungannya. Mereka pikir Kaum Nahdliyyin adalah pendendam. Kita memang mempunyai catatan bahwa Megawati adalah sosok yang dikerek menggantikan Gus Dur.

Kiai Ma'ruf bahkan menjadi sasaran kerek di masa ini yang mereka lihat sebagai representasi NU, sebagai sosok yang memang sudah seharusnya menggantikan Jokowi.

Jokowi itu petugas partai, ketuanya Megawati, sedangkan Megawati itu ikut melengserkan Gus Dur. Dan yang Kiai Ma'ruf cocok sebagai pembalas dendam NU ketika Gus Dur dilengserkan dulu. Mereka pikir begitu.

Mereka lupa, atau bahkan tidak paham bahwa mundurnya Gus Dur bukan murni karena kekalahan politik. Melainkan mengajarkan Jiwa Besar bahwa Keutuhan Bangsa jauh lebih penting dari sekedar sebuah jabatan. Sebagai Guru Bangsa, beliau menitipkan pesan jangan sampai Kaum Santri mau diadu domba dengan Kaum Nasionalis. Karena keduanya adalah benteng bagi bangsa ini. Toh sampai sekarang pun, tidak ada satupun tuntutan atau proses hukum yang menyasar Gus Dur. Karena beliau ini memang terbukti bersih.

Mereka juga tidak mengerti bahwa Prabowo mendapatkan mandat untuk mengantarkan Jokowi menjadi RI 1. Jatah tiket mulus Prabowo untuk Capres 2014 akhirnya diberikan untuk Jokowi agar diusung oleh PDIP, dan Prabowo bersedia berada pada pihak yang "kalah" di partainya sendiri. Demi bangsa, demi negara. Itulah mengapa Gus Dur sampai pernah menyebutnya sebagai pemimpin yang paling ikhlas karena bukti kerelaan Prabowo dalam banyak hal. Di sisi lain, perolehan suara PDIP juga akhirnya terdongkrak setelah 10 tahun menjadi oposisi akibat electoral effect figur Jokowi sebagai Capres yang diusungnya. Sebuah skenario cantik dari Gus Dur Sang Maestro.
Nggak percaya? Monggo. Siapkan narasi tandingan. Kirim ke Cangkeman.

Jelas. Kiai Ma'ruf Amin tidak ada angan-angan untuk menggantikan Jokowi. Karena Jokowi naik bukan karena efek tunggal PDIP sebagai partai pengusung, tapi banyak unsur rakyat lainnya, termasuk NU itu sendiri, bahkan juga Gusdurian. Ini sangat berbeda dengan naiknya Megawati sebagai pengganti Gus Dur dan justru tidak pernah terpilih ketika sistem pemilihan Presiden secara langsung diterapkan.

Ada potongan pelajaran penting bagi bangsa besar ini. Bahwa kelompok perongrong yang dulu pernah mengkudeta Presiden Abdurrahman Wahid dan melengserkannya secara inkonstitusional, kini mencoba peruntungan untuk mengulang sejarah. Polanya sama, memecam kaum Santri dan Nasionalis. Untung saja ring utama negara sadar dan mau belajar pada fakta sejarah masa lalu. 
Tapi bukan tidak mungkin mereka akan mencoba peruntungan di momen lainnya.