Masih Ada Harapankah Untuk Indonesia?

Robert Collins on Unsplash

Cangkeman.net - Pemerintah melalui Menko PMK-nya Bapak Muhadjir Efendi resmi memperpanjang PPKM Darurat hingga akhir Juli. Itu artinya pemerintah secara resmi memperpanjang menghimpit perut masyarakatnya. Coba hitung berapa banyak yang tergerus atas kebijakan yang sangat tidak bijak ini. Pemerintah apakah bertanggung jawab atas semua ini? Kalau pun ada yah berupa Bansos, itu pun enggak semuanya. Yah namanya juga Bansos. Kadang berakhir di rumah yang tidak tepat atau bahkan masuk kantong pejabat.

Bahkan Pak Menko sendiri yang bilang kalau negara memang sudah tidak sanggup membiayai pandemi ini, bahkan beliau meminta bantuan universitas-universitas, organisasi masyarakat dan seluruh masyarakat umum untuk bergotong royong menghadapi pandemi. 

Bukan apa-apa yah, yah gotong royong sih gotong royong. Tanpa dibilang begitu, kita masyarakat sudah melakukan itu sejak lama. Tapi dengan bilang begitu, negara seolah lepas tangan dengan keadaan yang ada. Apakah benar, sebegitunya negara kehabisa uang?

Tapi setelah dipikir-pikir, sebenarnya bukan uang yang menjadi permasalahan utama di sini. Yang jadi permasalahan utama di sini adalah tidak pahamnya para pejabat negara dengan apa yang dijabat dan yang dihadapi.

Pandemi ini sudah setahun lebih loh. Kok yah tetep aja senjatanya selalu pembatasan pergerakan yang sama sekali enggak efektif. Mau namanya PSBB, PPKM, PPKM Darurat, PPKM Super Darurat, BPKB, STNK, WYATB, YNTKTS atau apapun itu lahh kalau mau dijalanin yah harus ada riset dahulu, apa dampaknya, efektif tidak. Ini enggak tau riset atau enggak, udah pernah dijalanin dan enggak efektif kok yah terus dijalanin. Sebenernya negara paham ga sih apa yang dihadapi?

Di sini perlunya kepala negara yang tangkas dan tringginas sebenarnya. Yang bisa memutuskan segala sesuatunya bukjan hanya cepat dan tanggap, namun juga cerdas. Eh tapi kita malah diberi kepala negara rasa ketua RT yang di masa darurat ini malah keluyuran bagi-bagi sembako. Yaelah pak-pak, model-model Lip Service kayak gitu kayanya enggak perlu dilakukan di masa-masa sekarang dah pak. Udah itu Mensosnya ikutan bagi-bagi masker di jalanan. Bu, Ibu itu punya anak buah banyak. Tugas Ibu itu lebih besar, bagaimana Bansos bisa optimal dan tepat sasaran, bagaimana menanggulangi pengangguran yang semakin membengkak akibat pandemi ini dan rentetan masalah sosial yang justru kebanyakan terjadi atas kebijakan yang diambil oleh pemerintah sendiri. Kalau bagi-bagi masker mah bayar aja kang ojol suruh bagiin masker itu, mereka lebih efektif dengan jangkauan yang lebih luas.

Aku sebenarnya udah pada tingkat males dan muak untuk bahas ini dan ini lagi. Tapi kok ini keterlaluan banget menurut aku. Harus ada yang mengingatkan para pejabat kita. Jangan sampe mereka bingung kerjanya lalu tiada kritik dari sana-sini dan semakin terlena nonton Ikatan Cinta, dan terjerumus kita semua. 

Terus kalau begini, masih ada harapankah untuk Indonesia?