Jangan Biarkan Konflik Satpol PP dan Warga Berlanjut!

sukabumikab.go.id

Cangkeman.net - Ada satu kejadian masa kecil yang membuat kepalaku menilai bagaimana seorang satuan polisi pamong praja. Ceritanya waktu itu aku berumur sekitar 5 tahunan. Aku bersama bapak dan mama sedang muter-muter di daerah Ancol, Jakarta Utara. Aku enggak begitu ingat di mana letaknya, namun saat itu aku melihat ketika beberpa polisi pamong praja ini membongkar warung rokok. Aku sempat melihat di situ ada pemilik warung rokoknya yakni sebuah keluarga kecil di mana ada bapaknya yang terlihat mukanya merah padam, sang ibu yang terlihat seperti orang yang sehabis bangun tidur, serta anaknya digendong sang ibu yang aku tebak saat itu usia si anak lebih muda dari aku.

Entah apa yang ada di pikiran seorang anak kecil sepertiku waktu itu. Tapi pemandangan itu begitu membekas bahkan setelah 20 tahun. Waktu itu aku enggak tau apa salah dari penjual rokok tersebut, bapak waktu itu bilang kalau jualan di tempat itu enggak boleh. Tentu banyak pertanyaan dan juga ketakutan dalam diriku.

Setelah peristiwa itu, aku semakin tumbuh dewasa. Aku semakin melihat Satpol PP sebagai aparat yang menakutkan, beringas. Apalagi keluargaku banyak yang berkecimpung menjadi pedagang-pedagang kaki lima yang sering digambarkan sebagai musuh utama Satpol PP.

Selama pandemi ini, Pemerintah di berbagai daerah tentu saja menerjunkan satuan Pol PP-nya. Hal-hal yang berkaitan dengan protokol kesehatan hingga peraturan dadakan yang dibuat sebagai penanganan pandemi, Satpol PP kerapkali berada di garis depan sebagai eksekutor penindak para pelanggar.

Masalahnya, tindak-tanduk Satpol PP yang aku lihat 20 tahun lalu masih sering terlihat saat ini, bahkan ada yang lebih kasar. Dan juga karena track record yang kurang baik tersebut, masyarakat juga jadi makin melawan jika Satpol PP datang untuk menegakan peraturan yang diamanatkan.

Satpol PP memang hanya menjalankan tugas sih. Tapi toh bisa gunakan cara-cara kreatif untuk menegakkan peraturan. Ada beberapa kejadian kok bisa sepertia kepala Satpol PP yang membeli seluruh dagangan pedagang yang akan mereka tutup. Para pedagang-pedagang ini yang melanggar peraturan itu toh yah susah juga untuk dipersalahkan. Mereka biasa mencari uang dari dagangannya, lalu ketika waktu dagangannya dipersempit oleh aturan dan tidak mendapat ganti apapun, yah berontaklah pasti. Oke skiplah bahas tentang aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi pandemi. Sudah males aku.

Balik lagi ke Satpol PP. 

Konflik yang sejatinya sudah ada sejak dulu antara Satpol PP dan warga, khususnya para pedagang ini, sejatinya semakin diperuncing dengan kejadian belakangan ini. Dan ini tidak bisa dibiarkan. Harus ada arahan dari pihak pemda untuk para Satpol PP agar lebih woles lagi. Dan juga dari pemangku kebijakan tolong pikirkan baik-baik dampak sana dan sini ketika mengambil keputusan. Dan dari sisi masyarakat agar bisa tetap tenang, boleh membela diri serta harkat dan martabat kita. Tapi tetap dengan cara-cara elegan dan kepala dingin.

Pandemi ini sudah memusingkan kepala kita. Jangan sampai hal-hal yang dibuat untuk menangani pandemi justru malah menjadi masalah baru. Repot lagi kan.