Jangan Jadi Pancasilais yang Takfiri
![]() |
Gambar : bpip.go.id |
Cangkeman.net - Di tengah perdebatan tentang hari Pancasila itu sebaiknya dirayakan hari apa, ada hal-hal yang lebih mendasar yang sepertinya harus dibahas dalam obrolan. Memang, penetapan hari Pancasila juga penting agar kita mengetahui esenis isi. Karena toh Pancasila Bung Karno 1 Juni dan Pancasila PPKI 18 Agustus nyatanya berbeda isi. Tapi, jam ini agaknya yang lebih urgen adalah membahas siapa yang paling pancasilais.
Siapa yang paling pancasilais di antara kita emangnya?
Dari jaman orde lama, Pancasila ini memang selalu menjadi alat penguasa politik di negeri kita. baik dalam konotasi negatif atapun dalam konotasi positif. Soekarno jelas banget, nama Pancasila aja yang nyetusin doi. Di jaman beliau inilah Pancasila bisa dipresentasikan sebagai Nasakom. Berikutnya, orde baru berkuasa. Pun dengan Pancasila, bapak enak jamanku itu juga memanfaatkan Pancasila. Yang tidak sesuai dengan kepentingan pemerintah, dianggap anti Pancasila. Dan anti Pancasila, berarti melawan negara.
Sampai era Reformasi juga masih terjadi 'pemanfaatan' Pancasila. Dan karena ini era Reformasi, yang katanya lebih bebas dan lebih demokratis. 'Pemanfaatan' Pancasila pun menjadi lebih meluas. Siapapun bisa mengaku paling Pancasilais.
Sebenarnya sah-sah aja sih siapapun mengaku paling pancasilais. Tapi yang bikin ngehek itu kalau ada yang mengaku Pancasilais dan menganggap yang berbeda dengan dia itu tidak pancasilais.
Aku berpikir, kalau Pancasila itu disusun begitu rupa hingga menghasilkan dasar-dasar negara yang sifatnya fleksibel agar mudah mengikuti perkembangan jaman dan tak lekang oleh waktu. Eh tapi kalian-kalian ini malah memanfaatkan kefleksibelatan Pancasila untuk saling bermusuhan.
Gini loh, bisa enggak sih kita berbeda penafsiran tentang Pancasila. Aku nafsirini Pancasila itu seprti apa, kamu seperti apa, terus udah kita tafsirin sendiri aja, terapkan penafsiran masing-masing kita tanpa menyalahkan penafsiran orang lain. Aku yakin, mau ditafsirkan seperti apapun, Pancasila akan selalu menghasilkan kebaikan.
Plislah, jangan jadi Pancasilais yang takfiri. 'Mengkafir-kafirkan' yang berbeda tafsir Pancasilannya. Menganggap yang beda tafsir itu Radikal, Kadrun, Taliban, Cebong, Kampret, Wedus, sama Orong-orong sekalian.
Toh tujuan Pancasila itu kebaikan. Apapun tafsirnya kalau hasilnya baik yahh emang kenapa? Daripada saling tafsir tapi saling membuat keributan, kan?

Posting Komentar