Pendukung Ganjar, Puan, dan Anies Nggak Bakal Mau Baca Ini!
Gambar : Unsplash |
Boleh? Boleh, bebas. Wong kamu manusia Indonesia yang dilindungi konstitusi kok, tapi yang perlu dicatat adalah bahwa yang kamu dukung itu manusia, lebih spesifik lagi, mereka itu politikus.
Jokowi terkerek naik sampai ke jabatan Gubernur DKI karena disponsori Prabowo. Anies jadi Mendikbud diangkat Jokowi. Lalu Anies jadi Gubernur disponsori Prabowo. Lalu Prabowo diangkat jadi Menhan oleh Jokowi.
Ingat kampanye pilpres 2014? Anies habis-habisan mengejek Prabowo. Dan Prabowo habis-habisan menyerang Jokowi, bahkan sampai Pilpres 2019. Prabowo digambarkan sebagai penjahat HAM, antek Orba, dan tangan yang penuh darah. Anies bahkan pernah menyatakan Prabowo menggunakan kekuatan Islam garis keras untuk kampanyenya. Tapi begitu Anies butuh kendaraan, dengan cepat ia ada di barisan Prabowo. Prabowo pun begitu. Serang Jokowi sana-sini, begitu ditawari jadi menteri, langsung hormat dan tunduk ke Jokowi.
Boleh?
Lah siapa yang melarang?
Yang heboh itu pendukungnya. Pendukung Jokowi benci mati ke Prabowo, lalu diam ketika ia menjadi barisan menteri Jokowi. Pun barisan pendukung Prabowo benci ke Jokowi, tapi kemudian bingung menyikapi ketika yang didukung justru menjadi satu barisan dengan yang dibenci. Akhirnya mereka beralih mendukung antar Gubernur, ada Anies, Ganjar, RK. Pendukungnya terkotak-kotak tak beraturan. Dari pelajaran sebelumnya, seharusnya mereka tidak perlu terlalu militan terhadap kubu yang didukungnya, dan tidak perlu terlalu benci dengan lawannya. Wong bisa saja junjunganmu itu adalah antek yang kamu benci. Dan yang kamu benci justru sangat berpihak kepadamu. Politik itu penuh kepentingan bos..
Sebagai warga negara yang membayar pajak, kita diberi hak memberi urun suara dalam tiap kontestasi politik, agar suara demokrasi dianggap berhasil membangun estafet pemerintahan selanjutnya. Tapi nggak perlu juga menjadi pendukung mati-matian dalam urusan politik.
Mereka selalu mengadakan lobi-lobi dan kompromi. Demi mengamankan kekuasaan, pengaruh, dan suplai logistik masing-masing. Hasilnya yang sangat besar itupun nggak bakal bagi-bagi ke kita kok. Semua demi kepentingan.
Yang perlu kita lakukan hanyalah perjuangkan kepentingan kita sebagai rakyat. Anies berkuasa apa efeknya bagi kita? Jokowi berkuasa apa efeknya bagi kita? Kebijakan apa yang berdampak?
Pemikiran ini harus dalam dan logis, posisikan kita sebagai oposisi bagi yang kita dukung.
Kalau kamu percaya bahwa Jokowi itu pahlawan dan Anies adalah penjahatnya, atau percaya kalau Anies itu pahlawan untuk meruntuhkan rezim kejam Jokowi, udahlah, bubar aja. Logikamu kehalang buzzer.
Kepentingan kita adalah sistem politik yang bersih sehingga menumbuhkan iklim usaha yang baik dan kita bisa berkontribusi di dalamnya yang pada akhirnya banyak usaha orang menjadi berkembang dan tumbuhlah perekonomian negara dari situ. Banyak sekali side efek yang bakal timbul ketika sistem perpolitikan negeri kita bersih. Dan yang menjadikannya kotor yang kita-kita juga, yang gampang termakan suap-suap politisi dan mulutnya tersumpal oleh cipretan proyek-proyek gelap. Kemudian tutup mata dan teriak ketika kepentingan rakyat tidak diurus sama sekali.
Kalau sudah kadung terpilih dan jalan sampai sekarang, lihatlah kinerja mereka. Kalau Jakarta banjir, itu salah satu tanda buruknya kinerja Anies, kritiklah Anies. Ini domain dia.
Kalau ada menteri korupsi, itu tanda buruknya kinerja Jokowi, kritiklah ia, yang memilih dan mengangkat kan dia, minta tanggung jawablah sama Jokowi.
Kritik loh yah, kritik. Bukan caci maki dan berisi kebencian. Tunjukkan di mana salahnya, gak usah bawa-bawa personal apalagi keluarga, itu politik kuno. Sukur-sukur bisa bawa solusi. Kalo nggak juga nggak wajib-wajib amat kok.
Itulah posisi kita, membawa kepentingan kita, yaitu rakyat.
Mereka sih enak makan gaji ratusan juta dengan segudang fasilitas, lah kamu masih sibuk perang di komentar cuma minum kopi sachet.
Cangkeman!!

Posting Komentar